Hari matahari tepat di atas garis khatulistiwa

By Mutoha Arkanuddin
Jumat, 23 September 2011 @ 16:05 WIB merupakan hari dimana matahari tepat di atas garis khatulistiwa atau sering disebut hari Equinox tepatnya September Equinox. Apa itu Hari Equinox? Equinox adalah saat dimana posisi Matahari berada tepat di ekuator langit artinya Ia sedang berada tepat di atas Katulistiwa Bumi. Equinox kali ini secara geosentris terjadi pada Jumat, 23 September 2011 pukul 16:05 WIB. Equinox merupakan bagian dari siklus tahunan pergerakan harian semu Matahari. Saat terbit, melintas dan terbenamnya Matahari akibat kemiringan sumbu Bumi terhadap bidang orbitnya yaitu sebesar 66.56° maka selama setahun terjadi dua kali Equinox yaitu September Equinox dan Maret Equinox. Equinox berikutnya akan terjadi pada 20 Maret 2012 nanti. Kecuali Equinox, suatu saat Matahari juga akan berada di titik paling Utara pada bulan Juni dan berada di titik paling Selatan pada bulan Desember yang dikenal dengan istilah Solstice.
Menurut asal katanya Equinok bermakna panjang waktu siang sama dengan panjang waktu malam seperti juga anggapan umum. Namun kenyataannya tidak. Saat equinox ternyata siang lebih panjang dari malam. Contohnya di Yogyakarta, pada hari jumat (23/9) menurut kalkulasi Matahari terbit pada 05.28 WIB dan terbenam pada pukul 17.34 WIB. Artinya siang lebih panjang 6 menit dari malam. Lho kenapa ya… hayoo ada yang tahu..?
Esok pada hari jumat merupakan saat yang paling tepat untuk menentukan arah Timur ketika Matahari terbit dan arah Barat ketika Matahari terbenam. Selain itu di Indonesia fenomena ini menandai awal Musim Hujan, sedangkan di Belahan Bumi Utara menandai awal Musim Gugur (Autum/Fall) dan di Belahan Bumi Selatan menandai awal Musim Semi (Spring). Lagi, bagi anda yang di rumah berlangganan TV satelit, biasanya saat hari Equinox tiba banyak Channel televisi yang terganggu akibat fenomena yang dinamakan “Sun Outage” atau Gerhana Satelit yaitu saat satelit berada tepat diantara Bumi dan Matahari. Saat itu penerima satelit di Bumi akan terganggu oleh oleh sinyal yang kuat dari Matahari sehingga selama beberapa saat gambar TV akan hilang atau terganggu.
Saat sinyal dari satelit terganggu oleh Matahari Stasiun televisi akan minta maaf.
Di kota Pontianak, Kalimantan Barat terdapat monumen yang dinamakan Tugu Katulistiwa. Tugu ini dibangun pada 1928 oleh para astronom Belanda yang sedang melakukan expedisi di sana. Sepuluh tahun kemudian seorang arsitek Indonesia yang bernama Silaban menyempurnaka bangunan ini sehingga menjadi lebih indah. Ada sebuah tradisi menarik disana saat datangnya peristiwa Equinox. Berbagai pertunjukan kesenian khas dari etnik dayak dan Malaysia digelar di sana. hari itu Tugu Khatulistiwa akan kehilangan bayangannya saat tengah hari selama beberapa menit. Fenomena inilah yang menarik banyak wisatawan untuk berkunjung ke tempat dimana batas belahan bumi Utara-Selatan berada yaitu tepat di titik nol derajat (saya cek pakai Google Earth ternyata geser 116 meter dari garis Ekuator) Apa harus digotong lagi? Nah lho.. kenapa ya!

Galeri Okultasi Jupiter 2012

By Eko Hadi G
12 Agustus 2012 sebuah fenomena alam okultasi planet jupiter oleh bulan terjadi di bawah atap langit kepulauan Indonesia. Dari berbagai penjuru kota mencoba untuk mengabadikan momment yang cukup spesial ini. Selain itu, saat dimana planet jupiter tertutup oleh piringan bulan, fenomena hujan meteor juga mewarnai langit pagi dini hari. Berikut galeri okultasi planet jupiter oleh bulan yang diabadikan dari beberapa kota.
Planet jupiter setelah mengalami okultasi. Tampak pula satelit-satelitnya yang mirip bintang kecil (dari atas kebawah io, Callisto dan Ganymede) Purwanto Nugroho, DKI Jakarta


Muhammad Rayhan, Himpunan Astronomi Amatir Jakarta


Abu Yahya Jamaly, DKI Jakarta


Muhammad Irfan, Tangerang


Dhendy Satrya Nugraha, Surabaya Astro Club
Upload karya fotografi langit mu di foto.kafeastronomi.com

Parade Gerhana 2011

By Ma'rufin Sudibyo
Sebuah peristiwa langka akan berlangsung di langit. Dalam 30 hari ke depan, terhitung sejak 2 Juni 2011 waktu Indonesia, secara berturut-turut akan terjadi tiga gerhana, masing-masing Gerhana Matahari Sebagian 2 Juni 2011, Gerhana Bulan Total 16 Juni 2011 dan Gerhana Matahari Sebagian 1 Juli 2011. Tiga gerhana yang berlangsung secara berturut-turut kadang disebut sebagai tripel gerhana atau parade gerhana. Dari enam gerhana yang bakal terjadi di tahun 2011, tiga diantaranya merupakan bagian dari parade gerhana.
Gerhana terjadi ketika Matahari, Bulan dan Bumi terletak dalam satu garis lurus (garis syzygy) sehingga pancaran sinar Matahari terhalangi entah oleh Bumi ataupun Bulan. Ketika Bulan berada di antara Bumi dan Matahari, terjadilah Gerhana Matahari. Sebaliknya ketika Bumi ada di antara Bulan dan Matahari, terjadilah Gerhana Bulan. Disebabkan oleh diameter Bulan yang lebih kecil dibanding Bumi, maka ketika terjadi Gerhana Matahari, hanya sebagian kecil permukaan Bumi yang mampu melihatnya. Sebaliknya ketika terjadi Gerhana Bulan, maka sebagian permukaan Bumi (khususnya yang berada dalam kondisi malam hari) mampu menyaksikannya.
Secara astronomis gerhana terjadi tatkala Bulan menempati titik node, yakni titik potong orbitnya dengan ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi Matahari), sekaligus garis syzygy. Gerhana Matahari selalu terjadi pada saat konjungsi (ijtima’ atau Bulan baru), sementara Gerhana Bulan juga selalu terjadi saat oposisi (istikbal atau Bulan purnama). Disebabkan orbit Bulan tidaklah sejajar dengan ekliptika, melainkan miring dengan sudut kemiringan (inklinasi) 5 derajat, maka tidak setiap Bulan purnama terjadi Gerhana Bulan dan tidak setiap Bulan baru terjadi Gerhana Matahari. Dalam setahun Syamsiyyah (Masehi) maksimum hanya bisa terjadi tujuh gerhana. Namun tatkala Bulan menempati titik node yang menyebabkan terjadinya Gerhana Matahari, maka bisa dipastikan dalam 14 hari berikutnya Bulan akan menempati titik node yang menyebabkan Gerhana Bulan. Pun demikian sebaliknya. Pada kesempatan tertentu (yang jarang terjadi), Bulan bisa secara berturut-turut menempati tiga titik node dan inilah parade gerhana, yang bisa berupa kombinasi Gerhana Matahari-Gerhana Bulan-Gerhana Matahari maupun Gerhana Bulan-Gerhana Matahari-Gerhana Bulan.
Parade Gerhana 2011 dimulai dengan Gerhana Matahari Sebagian 2 Juni 2011. Gerhana ini hanya bisa disaksikan di sekitar kawasan lingkar kutub utara, yakni sebagian Russia, sebagian Cina, Jepang, Korea, Alaska dan sebagian Canada. Gerhana diawali dengan kontak awal penumbra pada pukul 02:25 WIB dan berakhir pada pukul 06:07 WIB dengan kontak akhir penumbra. Puncak gerhana terjadi pada pukul 04:16 WIB yang hanya bisa disaksikan di pantai utara Russia berdekatan dengan pulau Novaya Zemla (tepatnya pada koordinat 67,783 LU 46,773 BT), dimana cakram Bulan menutupi hingga 60 % bundaran Matahari.
 Peta kawasan yang bisa menyaksikan Gerhana Matahari Parsial 
(Sebagian) 2 Juni 2011, yakni sebagian Asia (sebagian Rusia, sebagian 
Cina, Jepang, Korea) dan sebagian Amerika Utara (sebagian Canada dan 
Alaska). gerhana akan diawali pada 2 Juni 2011 pukul 02:25 WIB dan 
berakhir pada pukul 06:07 WIB. Puncak gerhana berlangsung pukul 04:16 
WIB dengan bagian Matahari yang tertutupi cakram Bulan adalah (maksimum)
 60%
Berikutnya disusul Gerhana Bulan Total 16 Juni 2011. Gerhana ini bisa disaksikan dari Australia, Asia, Afrika, Eropa dan sebagian Amerika (yakni Amerika Selatan). Namun keseluruhan tahap gerhana hanya bisa disaksikan dari Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika Timur, Afrika Selatan dan Afrika Tengah. Gerhana diawali dengan kontak awal penumbra pada pukul 00:25 WIB. Namun gerhana baru bisa disaksikan secara kasat mata saat terjadi kontak awal umbra pada pukul 01:23 WIB, saat bayangan Bumi secara perlahan mulai menutupi Bulan purnama. Puncak gerhana terjadi pada pukul 03:12 WIB dengan Bulan dalam kondisi gelap total. Berangsur-angsur kemudian Bulan mulai terlihat lagi dan secara kasat mata kembali sebagai Bulan purnama pada pukul 05:01 WIB seiring kontak akhir umbra. Namun gerhana secara keseluruhan baru berakhir pada pukul 05:59 WIB saat kontak akhir penumbra terjadi.
Peta Visibilitas Gerhana Bulan Total 16 Juni 2011 bagi Bumi dalam proyeksi Mercator.
Indonesia bisa menyaksikan gerhana ini tatkala Bulan sedang bersiap-siap terbenam dari langit barat. Awal gerhana (secara kasat mata) bisa disaksikan dari seluruh wilayah Indonesia, pun demikian dengan puncak gerhana. Namun akhir gerhana (secara kasat mata) hanya bisa disaksikan dari Sumatra, Jawa, Kalimantan dan sebagian Nusa Tenggara. Di wilayah yang lain gerhana berakhir kala Bulan sudah terbenam. Mengingat seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikan gerhana (meskipun ada yang tidak lengkap tahapnya), maka ketentuan shalat gerhana bulan pun berlaku.
Gerhana yang terakhir dari parade gerhana 2011 ini adalah Gerhana Matahari Sebagian 1 Juli 2011. Gerhana ini hanya bisa disaksikan di sekitar kawasan lingkar kutub selatan, namun tak ada satupun daratan yang terkenai bayangan gerhana kecuali salah satu ujung Antartika.Gerhana diawali dengan kontak awal penumbra pada pukul 14:54 WIB dan berakhir pada pukul 16:23 WIB dengan kontak akhir penumbra. Puncak gerhana terjadi pada pukul 15:38 WIB yang hanya bisa disaksikan di tengah perairan Samudera Hindia tepatnya pada koordinat 65,173 LU 28,748 BT, dimana cakram Bulan hanya menutupi 10 % bundaran Matahari.
Gerhana Matahari Sebagian 1 Juli 2011. Hanya bisa disaksikan di sekitar kawasan lingkar kutub selatan, namun tak ada satupun daratan yang terkenai bayangan gerhana. Gerhana diawali kontak awal penumbra pukul 14:54 WIB dan berakhir pada pukul 16:23 WIB dengan kontak akhir penumbra. Puncak gerhana pukul 15:38 WIB dimana cakram Bulan hanya menutupi 10 % bundaran Matahari.

Large Magellanic Cloud

By Eko Hadi G
Large Magellanic Cloud(LMC) atau Awan Magellan Besar sejatinya merupakan salah satu satelit galaksi dari galaksi bimasakti. Berjarak 50 Kilo parsecs atau sekitar 160 ribu tahun cahaya, LMC menjadi salah satu galaksi terdekat nomor tiga sekaligus galaksi yang dapat kita lihat menggunakan mata telanjang. Bentuk nya yang unik membuat LMC termasuk dalam jenis galaksi yang tak beraturan. Untuk menjumpainya, LMC akan tampak di langit sebelah selatan dan terletak di antara rasi Dorado dan rasi Mensa. Bentuk nya mirip dengan kabut putih redup dan sangat besar. Beberapa dari Tim Jogja Astro Club telah membuktikan melalui Ekspedisi LMC dan menyatakan bahwa memang benar LMC dapat dilihat langsung dengan mata telanjang atau tanpa alat dengan kondisi langit belahan selatan tidak ada polusi cahaya. Dalam foto ini LMC tampak seperti kabut putih


Astrophotographer : Eko Hadi G
Camera : Canon EOS 350D
Exposure : 49 Sec, ISO : 1600
Editor : Photoshop CS2 & Lightroom
Location : Aeromodeling Airstrip Bantul Yogyakarta

Sabit di hari ketiga

By Eko Hadi G
Sabit di hari ketiga. Dihari ketiga Bulan menampakkan permukaan dengan bentuk sabit nya. Tampak seperti kawah besar berada ditengah bulan. Bila kita amati dengan teleskop itu bukan lah kawah melainkan permukaan yang landai atau biasa disebut lautan (Mare). Para astronom menamai permukaan landai itu dengan nama mare crisium (lautan crisium)

Astrophotographer : Eko Hadi G
Telescope : Vixen ED 80SF with porta II mount
Camera : Canon EOS 350 D
ISO : 1600, Exp: 1/4 Sec
Software : Photoshop CS 2

Hujan meteor Geminids 2011

By Ma'rufin Sudibyo
Pasca gerhana Bulan total 10 Desember 2011, masih ada berbagai peristiwa menakjubkan di langit malam. Salah satunya hujan meteor Geminid, yang bakal mencapai puncaknya pada Rabu 14 Desember 2011.
Hujan meteor?
Hujan meteor adalah istilah bagi fenomena terlihatnya sejumlah meteor secara berturut-turut dalam satu selang waktu tertentu dimana seluruh meteor seakan-akan berasal dari satu titik yang sama di langit. Pada kondisi tertentu jumlah meteor yang terlibat cukup banyak sehingga mengesankan seperti guyuran hujan. Inilah yang membuatnya dinamakan hujan meteor. Hujan meteor diberi nama sesuai dengan gugusan bintang yang menjadi lokasi sumbernya. Jadi hujan meteor Geminid merupakan hujan meteor yang sumbernya berada dalam rasi Gemini.
Darimana asalnya hujan meteor?
Pada dasarnya setiap hujan meteor yang dikenal di Bumi berasal dari remah-remah komet yang terhambur di sepanjang orbitnya. Tiapkali sebuah komet melintas mendekati Matahari dalam peredarannya menyusuri orbitnya, tekanan angin dan badai Matahari akan menghamburkan debu dan bekuan gampang menguap dari pemukaan komet. Eksitasi atomik dan pantulan sinar Matahari membuatnya menjadi ekor gas dan ekor debu yang khas. Ekor debu bisa menjulur sejauh 150 juta km, bahkan dalam kasus komet Hyakutake sejauh 300 juta km dengan lebar bisa menyamai Jupiter.
Seiring kian menjauhnya komet, gas akan menghilang di keluasan angkasa, namun debunya masih tertinggal di sepanjang orbit komet tersebut. Ini dikenal sebagai filamen. Selanjutnya, karena komet merupakan benda langit anggota tata surya yang orbitnya takstabil sehingga rawan terkena gangguan gravitasi planet-planet, giliran gravitasi Bumi atau kombinasinya dengan gravitasi Jupiter mengambil alih peran. Filamen pun mengalami modifikasi. Sehingga tatkala Bumi melintas di dekat orbit komet tersebut, terbuka potensi filamen bertemu dengan Bumi.
Pertemuan tersebut akan menyebabkan filamen, yang terdiri dari debu-debu renik dan beberapa seukuran kerikil, masuk ke atmosfer dalam kecepatan sangat tinggi. Ini memproduksi tekanan ram dalam atmosfer, yang demikian besarnya sehingga mampu menaikkan suhu setempat sangat tinggi yang membuat debu tersebut menguap. Sepanjang pemanasan terjadi, terpancarkanlah cahaya yang kita saksikan sebagai meteor. Umur cahaya tersebut sangat singkat, yakni 1-2 detik. Mayoritas meteor ini menguap habis di ketinggian 60 hingga 90 km dari permukaan Bumi. Namun jika kerikil yang masuk, kilatan cahaya bisa terlihat lebih dari 5 detik dan baru musnah di ketinggian 40 km atau kurang. Kita mengenalnya sebagai fireball, meteor terang atau ndaru.
Fireball tampak disebelah kanan pengamat hujan meteor. Credit : Eko Hadi G
Setiap kali komet melintas mendekati Matahari, pada dasarnya mengalami perubahan orbit akibat gravitasi planet-planet, meskipun perubahan ini relatif kecil. Makanya filamen yang diproduksinya pun berbeda posisi dibanding filamen-filamen sebelumnya. Pada situasi tertentu, Bumi dapat berpapasan dengan lebih dari satu filamen dari komet yang sama. Akibatnya debu yang masuk ke atmosfer sangat banyak, sehingga jumlah meteor yang terbentuk amat melimpah. Pada November 1966 dan 1998 misalnya, tiga filamen dari komet Tempel-Tuttle masuk ke Bumi secara bersamaan sehingga menghasilkan guyuran hujan meteor Leonid amat intensif, dimana setiap jamnya rata-rata terbentuk 100.000 meteor atau lebih.
Hujan meteor Geminid?
Hujan meteor Geminid terjadi tiap paruh pertama bulan Desember. Pada tahun 2011 ini hujan meteor Geminid berlangsung antara 7 hingga 17 Desember 2011 dengan puncaknya pada 14 Desember. Hujan meteor Geminid rata-rata memproduksi 120 meteor/jam pada puncaknya dan tergolong cukup tinggi di antara hujan-hujan meteor lainnya. Secara umum hanya ada tiga hujan meteor yang mampu memproduksi 100 meteor/jam atau lebih, yakni Quadrantid di awal Januari, Perseid di awal Agustus dan Geminid.
Meteor Geminid rata-rata melejit dengan kecepatan awal 35 km/detik. Namun berbeda dengan hujan-hujan meteor lainnya yang relatif sudah jelas sumbernya, asal meteor Geminid masih misterius. Misi antariksa IRAS yang berbasis satelit teleskopik inframerah pada awal dekade 980-an sebenanya menyodorkan peluang memecahkan misteri Geminid. Pada 11 Oktober 1983 satelit IRAS mengidentifikasi asteroid Phaethon yang orbitnya sangat lonjong. Asteroid berdiameter 5 km ini memiliki profil orbit identik dengan meteor-meteor Geminid.
Total massa seluruh filamen Geminid diperkirakan setara dengan 1-10 % massa Phaethon, sehingga setara dengan massa kerak Phaethons etebal 5 hingga 20 cm. Dari sini nampaknya mengaitkan meteor-meteor Geminid dengan asteroid Phaethon mendapatkan pembenaran. Apalagi kemudian menyusul ditemukan asteroid 2005 TD dan 1999 YC yang profil orbitnya menyerupai Phaethon. Evaluasi dinamika orbit ketiganya menunjukkan ketiga asteroid kemungkinan berasal dari terpecahnya asteroid besar Pallas sekitar 26 juta tahun silam. Apalagi bagaimana terjadinya tabrakan antar asteroid telah dibuktikan dengan gemilang oleh teleskop antariksa Hubble setahun silam.
Namun dugaan ini dimentahkan oleh dinamika filamen Geminid, yang mengesankan baru terbentuk sekitar 600 hingga 2.000 tahun silam di lingkungan dekat Matahari. Jadi bukan setua 26 juta tahun yang lalu. Filamen-filamen itu mulai berpotongan dengan orbit Bumi sejak 1,5 abad silam sehingga baru sejak itulah Geminid bisa kita lihat. Selain itu, meskipun Phaethon berkemungkinan menyemburkan debu halus akibat retaknya permukaannya saat mendekati Matahari hingga tiba di titik perihelionnya yang hanya sejauh 21 juta km (jauh lebih dekat ke Matahari dibanding Merkurius), namun jumlahnya amat kecil sehingga dari tiap 10.000 meteor Geminid hanya satu yang berasal dari asteroid Phaethon.
Jadi darimana asal mateor Geminid masihlah misterius.
Bagaimana cara mengamati ?
Puncak hujan meteor Geminid akan bertepatan dengan Rabu dinihari 14 Desember 2011 waktu Indonesia. Dalam mengamati hujan meteor tidak dibutuhkan instrumen bantu seperti teleskop, cukup mengandalkan mata tanpa alat saja. Pada Rabu dinihari, rasi Geminid sudah ada di langit barat sehingga pengamatan bisa difokuskan ke langit barat dan sekitarnya, meski tidak menutup kemungkinan mengamati bagian langit yang berlawanan.
Radiant Hujan Meteor Geminids 2011
Sayangnya, terlepas dari cuaca yang cenderung tidak bersahabat seiring kembalinya siklus anomali cuaca berupa Madden-Julian Oscillation (MJO) yang berpotensi mendatangkan hujan teramat lebat, situasi langit pun kurang mendukung. Bulan masih cukup bendeang di langit, sebab baru dua hari lepas dari situasi purnama. Ini menyebabkan meteor-meteor Geminid takkan terlihat, kecuali jika terbentuk fireball.

VENUS

By Eko Hadi G

Venus merupakan planet kedua di dalam sistem tata surya setelah merkurius. Bentuk dan ukurannnya yang menyerupai bumi sering dijuluki sebagai “Sister Planet”. Nama venus diambil dari nama dewa cinta pada bangsa romawi. Jarak nya yang cukup dekat membuat Sister Planet tampak kelihatan bersinar di langit senja maupun sebelum fajar tiba. Venus merupakan benda langit tercerah setelah bulan. Magnitude nya sekitar -4,6 tampak cerah daripada bintang-bintang lainnya.  Meskipun dijuluki sebagai Sister Planet, venus memiliki perbedaan dengan bumi seperti tekanan atmosfer yang mencapai 92X tekanan atmosfer bumi dan kandungan gas yang tidak mendukung kehidupan di planet itu sendiri. Venus tidak memiliki satelit sepertihal nya planet merkurius.
Di permukaan venus terdapat gunung, lembah dan atmosfer. Namun untuk mendukung kehidupan, venus bukanlah planet yang bersahabat. Hampir 90% kandungan udara diatmosfernya adalah Karbon di oksida dan selebih nya adalah nitrogen. Maka tidak mengeherankan jika venus mempunyai efek rumah kaca dimana sinar matahari yang masuk atmosfer venus teperangkap dan tidak bisa kembali. Akibatnya, disepanjang hidup nya venus akan dipenuhi awan dan gas-gas tebal yang menyelimuti permukaan sehingga untuk melihat permukaan nya dibutuhkan pesawat tanpa awak yang dapat mendekat ke planet venus.
Di tahun 2005 sebuah pesawat tanpa awak milik ESA diluncurkan ke venus untuk misi mengamati Sister Planet. di dapatkan ternyata venus mempunyai permukaan yang memang mirip dengan bumi. Ada gunung, lembah, kawah dan dataran. Dataran di permukaan itu dibagi menjadi dua kawasan yaitu dataran utara disebut Ishtar Terra dan dataran selatan disebut Aphrodite Terra. Di dataran bagian utara terdapat sebuah gunung tertinggi yang bernama Maxwell Montes.
Venus merupakan planet terpanas di tatasurya. Jarak nya yang cukup dekat membuat sinar matahari yang menerangi planet ini cukup memanggang nya di siang hari. Suhu rata-rata mencapai suhu hingga 460 derajat Celciusdan di sepanjang hidup nya, Venus tidak memiliki perubahan musim maupun iklim layak nya di bumi. kemiringan sumbu yang hanya bergeser sekitar 3,4 derajat membuat sinar matahari yang menerpa permukaan kutub cenderung lebih sering sehingga perubahan musim dan pergeseran matahari dari horizon planet venus tidak lah begitu berpengaruh. Venus mengelilingi matahari selama 255 hari di bumi atau sekitar 8.5 bulan dan mempunyai waktu rotasi yang lebih lama dari pada revolusi nya yaitu selama 249 hari di bumi dengan perputaran searah jarum jam.
Permukaan Planet Venus

Si Cantik yang Amat Ganas – Venus Serial 1

By Ma'rufin Sudibyo
Venus adalah planet terdekat kedua terhadap Matahari dalam tata surya kita. Venus beredar pada jarak rata–rata 108,2 juta km dari Matahari dan hanya membutuhkan waktu 224,7 hari Bumi untuk mengelilingi Matahari sekali putaran. Dengan demikian Venus menjadi planet tetangga terdekat dengan Bumi kita. Fakta ini, ditambah dengan fakta bahwa diameter Venus hanya sedikit lebih kecil dibanding Bumi (12.100 km, sementara diameter Bumi 12.700 km) dan demikian pula massanya (benda seberat 10 kg di Bumi akan seberat 9 kg di Venus), membuat Venus kerap dianggap sebagai kembaran Bumi. Anggapan itu semakin kuat, apalagi karena permukaan Venus juga lebih banyak dibentuk aktivitas vulkanisme seperti halnya Bumi.

Globe Venus, disusun berdasarkan data radar satelit Magellan (NASA, 1989 – 1994).
Namun sifat–sifat lainnya sungguh bertolak belakang. Jika Bumi berotasi dalam 24 jam sekali, maka Venus butuh waktu 243 hari Bumi guna berputar sekali mengelilingi sumbunya. Artinya, sehari (bintang) di Venus lebih lama ketimbang setahun Venus ! Arah rotasi Venus juga berkebalikan dibandingkan Bumi, karena berputar dari timur ke barat. Sehingga jika kita tinggal di permukaan venus, kita akan menyaksikan Matahari terbit di barat dan terbenam di timur. Matahari terbit di Venus setiap 116,75 hari Bumi sekali.
Atmosfer Venus juga sangat ekstrim dibandingkan Bumi, yakni 93 kali lebih massif. Sehingga tekanan udara di permukaan Venus mencapai 90 kali lipat tekanan udara permukaan Bumi. Atmosfernya disusun 96 % karbondioksida, 3,5 % nitrogen dan 0,5 % sisanya gas lainnya. Amat berlimpahnya jumlah gas karbondioksida membuat Venus mengalami pemanasan global besar-besaran yang berkelanjutan dengan hasil amat dramatis, sebab menjadikan suhu rata–rata permukaannya mencapai 467 derajat celcius, menjadikannya planet terpanas di tata surya kita. Sehingga permukaan Venus sanggup melelehkan logam timah dan seng dengan mudah. Karena suhunya demikian tinggi dan fenomena tersebut disebabkan oleh pemanasan global, Venus sering menjadi contoh tentang apa yang bisa terjadi di Bumi jika kita tak mampu mengendalikan emisi gas karbondioksida (dalam wujud penggunaan energi minyak, gas dan batubara secara gegabah dan besar-besaran tanpa kontrol).

Permukaan Venus yang panas membara, sempat diabadikan wahana pendarat Venera (sebelum hancur).
Venus amat dikenal manusia sejak awal peradaban, karena benda langit menjadi benda langit terterang ketiga yang menghiasi langit kita setelah Matahari dan Bulan purnama. Banyak nama yang disematkan untuk Venus. Orang Babilonia menyebutnya Ishtar, orang Sumeria menamakannya Innana, sementara orang Arab menamakannya Zahara dan di Jawa (Indonesia) dikenal sebagai lintang panjer rina. Saking terpesonanya dengan Venus, beberapa peradaban masa silam bahkan memiliki lebih dari satu nama untuknya. Mesir misalnya, menyebutnya Tiomoutiri dan Ouatiri, sementara Yunani menamakannya Phosphorus dan Hespherus. Orang Maya menyebutnya Noh Ek dan Xux Ek. Bahkan orang Romawi punya sederet nama untuk Venus : Lucifer, Vesper, Cytherea dan Venera.

Venus dalam relief Babilonia dari era Raja Nabonidus (panah), bersama Matahari (tengah) dan Bulan sabit (kanan).

data astronom

Data Astronomis bulan baru 17 Agustus 2012

By Eko Hadi G
Ramadhan akan berakhir beberapa hari lagi dan umat muslim di seluruh dunia akan merayakan hari raya Idul Fitri. Berbagai polemik masalah penentuan awal bulan sering muncul seiring penentuan 1 ramadhan dan 1 syawal. Lantas kapan 1 Syawal 1433 H di indonesia menurut kriteria-kriteria yang ada di indonesia? Berikut data astronomis yang dapat kita gunakan untuk menentukan kapan 1 syawal menurut kriteria-kriteria di indonesia
New Moon/Konjungsi/Ijtima 17 Agustus 2012 pukul 22.56 WIB
New Moon/Konjungsi/Ijtima:Jumat 17 Agustus 2012 pukul 22.56 WIB
Lokasi dan Tanggal :Yogyakarta (7° 45′ LS, 110° 23′ BT), 18 Agustus 2012



Data Matahari

Matahari Terbenam:17:38 WIB
Azimuth:282º 53,6′



Data Bulan

Ketinggian Bulan saat matahari terbenam:6º 44,7′
Azimuth bulan saat matahari terbenam:275º 54,7′
Umur bulan:19 Jam 40 Menit
Elongasi:10º 17′ 30″
Bulan tenggelam:18.10 WIB
Azimuth bulan tenggelam:274º 43,0′
Beda azimuth:8º 10′
Posisi Hilal pada tanggal 18 Agustus 2012
Simulasi hilal 1 Syawal 1433 H 18 Agustus 2012

Peta Visibilitas Hilal
Peta Visibilitas Hilal 1 Syawal 1433 H. Credit : Accurate Times, Mohammad Odeh

Mengacu pada data yang ada, bulan pada hari sabtu 18 Agustus 2012, bulan mencapai ketinggian hingga 6º dan peta visibilitas hilal menunjukkan bahwa hilal dapat dilihat oleh mata dengan bantuan alat optik seperti teleskop dan binokular. Sehingga jika anda akan melakukan pengamatan hilal disarankan pengamatan dilakukan pada hari Sabtu 18 Agustus 2012.
Kapan 1 Syawal?
Berdasarkan kriteria-kriteria yang ada maka 1 Syawal 1433 H akan jatuh pada tanggal.
Kriteria

Tanggal
Kriteria Rukyat Hilal : 19 Agustus 2012
Kriteria Hisab Imkanur Rukyat : 19 Agustus 2012
Kriteria Hisab Wujudul Hilal : 19 Agustus 2012
Kriteria Kalender Hijriyah Global : Zona Timur 19 Agustus 2012 dan Zona Barat 19 Agustus 2012
Kriteria Rukyat Hilal Arab Saudi : 19 Agustus 2012



Keterangan Kriteria Hilal (Dikutip dari Rukyatulhilal.org)
1. Menurut Kriteria Rukyat Hilal ( Teori Visibilitas Hilal )
Teori Visibilitas Hilal terbaru telah dibangun oleh para astronom dalam proyek pengamatan hilal global yang dikenal sebagai Islamic Crescent Observation Project (ICOP) berpusat di Yordania berdasar pada sekitar 700 lebih data observasi hilal yang dianggap valid. Teori ini menyatakan bahwa hilal hanya mungkin bisa dirukyat jika jarak sudut Bulan dan Matahari minimal 6,4° (sebelumnya 7°) yang dikenal sebagai “Limit Danjon”. Kurva Visibilitas Hilal sebagai hasil perhitungan teori tersebut mengindikasikan bahwa untuk wilayah sekitar Katulistiwa (Indonesia) hilal baru mungkin dapat dirukyat menggunakan mata telanjang minimal pada ketinggian di atas 6°. Di bawah itu hingga ketinggian di atas 4° diperlukan alat bantu penglihatan seperti teleskop dan sejenisnya.
Nahdlatul Ulama (NU) yang menggunakan rukyat sebagai dasar penentuan awal bulan masih mengakui kesaksian rukyat asalkan ketinggiannya di atas batas imkanurrukyat 2° bahkan hanya dengan mata telanjang. Sementara dalam penyusunan kalendernya NU menggunakan kriteria imkanurrukyat 2° tanpa syarat elongasi dan umur Hilal.
2. Menurut Kriteria Hisab Imkanur Rukyat
Pemerintah RI melalui pertemuan Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) menetapkan kriteria yang disebut Imkanurrukyat yang dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan bulan pada Kalender Islam negara-negara tersebut yang menyatakan :
Hilal dianggap terlihat dan keesokannya ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah berikutnya apabila memenuhi salah satu syarat-syarat berikut:
  1. Ketika Matahari terbenam, ketinggian Bulan di atas horison tidak kurang dari 2° dan
  2. Jarak lengkung Bulan-Matahari (sudut elongasi) tidak kurang dari 3°. Atau
  3. Ketika Bulan terbenam, umur Bulan tidak kurang dari 8 jam selepas konjungsi/ijtimak berlaku.
Kriteria inilah yang menjadi pedoman Pemerintah RI untuk menyusun kalender Taqwim Standard Indonesia yang digunakan dalam penentuan hari libur nasional secara resmi. Dengan kriteria ini pula keputusan Sidang Isbat Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah “bisa ditebak hasilnya”. Ormas Persatuan Islam (Persis) belakangan telah mengadopsi kriteria ini sebagai dasar penetapan awal bulannya. Belakangan kriteria ini hanya dipakai oleh Indonesia dan Malaysia sementara Singapura menggunakan Hisab Wujudul Hilal dan Brunei Darussalam menggunakan Rukyatul Hilal berdasar Teori Visibilitas.
3. Menurut Kriteria Hisab Wujudul Hilal
Muhammadiyah dalam penyusunan kalender Hijriyah baik untuk keperluan sosial maupun ibadahnya (Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah) menggunakan kriteria yang dinamakan “Hisab Hakiki Wujudul Hilal”. Kriteria ini menyatakan bahwa awal bulan Hijriyah dimulai apabila telah terpenuhi tiga kriteria berikut:
  1. telah terjadi ijtimak (konjungsi),
  2. ijtimak (konjungsi) itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan
  3. pada saat terbenamnya matahari piringan atas Bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud).
Ketiga kriteria ini penggunaannya adalah secara kumulatif, dalam arti ketiganya harus terpenuhi sekaligus. Apabila salah satu tidak terpenuhi, maka bulan baru belum mulai. Atau dalam bahasa sederhanya dapat diterjemahkan sebagai berikut: “Jika setelah terjadi ijtimak, Bulan terbenam setelah terbenamnya Matahari maka malam itu ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah tanpa melihat berapapun sudut ketinggian Bulan saat Matahari terbenam”.
4. Menurut Kriteria Kalender Hijriyah Global
Universal Hejri Calendar (UHC) merupakan Kalender Hijriyah Global usulan dari Komite Mawaqit dari Arab Union for Astronomy and Space Sciences (AUASS) berdasarkan hasil Konferensi Ke-2 Atronomi Islam di Amman Jordania pada tahun 2001. Kalender universal ini membagi wilayah dunia menjadi 2 region sehingga sering disebut Bizonal Hejri Calendar. Zona Timur meliputi 180° BT ~ 20° BB sedangkan Zona Barat meliputi 20° BB ~ Benua Amerika. Adapun kriteria yang digunakan tetap mengacu pada visibilitas hilal (Limit Danjon).
5. Menurut Kriteria Rukyat Hilal Arab Saudi
Kurangnya pemahaman terhadap perkembangan dan modernisasi ilmu falak yang dimiliki oleh para perukyat sering menyebabkan terjadinya kesalahan identifikasi terhadap obyek yang disebut “Hilal” baik yang “sengaja salah” maupun yang tidak disengaja. Klaim terhadap kenampakan hilal oleh seeorang atau kelompok perukyat pada saat hilal masih berada di bawah “limit visibilitas” atau bahkan saat hilal sudah di bawah ufuk sering terjadi. Sudah bukan berita baru lagi bahwa Saudi kerap kali melakukan istbat terhadap laporan rukyat yang “kontroversi”.
Kalender resmi Saudi yang dinamakan “Ummul Qura” yang telah berkali-kali mengganti kriterianya hanya diperuntukkan sebagai kalender untuk kepentingan non ibadah. Sementara untuk ibadah Saudi tetap menggunakan rukyat hilal sebagai dasar penetapannya. Sayangnya penetapan ini sering hanya berdasarkan pada laporan rukyat dari seseorang tanpa terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan konfirmasi terhadap kebenaran laporan tersebut apakah sudah sesuai dengan kaidah-kaidah sains astronomi khususnya Teori Visibilitas Hilal.

Nebula di Rasi Waluku

By Eko Hadi G
Rasi orion atau yang dikenal sebagai rasi waluku memiliki 3 bintang yang terletak sejajar ditengah rasi. Tampak jelas bila di keheningan malam. Para petani di indonesia menggunakan rasi ini sebagai petunjuk bahwa musim menanam telah tiba. Namun saat kita amati dengan cermat, akan terlihat cahaya sayup-sayup yang terletak di sebelah selatan 3 bintang sejajar itu. Tampak seperti kabut yang sangat samar. Siapakah mereka? Ini lah mereka si Nebula orion dan kawan kawan nya yang tampak sayup-sayup bila di potret menggunakan teleskop.

Astrophotographer : Eko Hadi G
Camera : Canon EOS 500D
ISO : 3200 Exp: 120sec
Telescope : Vixen ED80SF Spinx Mount
Taken at Jogja Astro Club

SAMPAH ANTARIKSA

Satelit Telkom-3 pun Menjadi Sampah Antariksa

By Ma'rufin Sudibyo
Akhirnya nasib satelit Telkom-3 terjawab sudah. Pada 7 Agustus 2012, hanya beberapa jam setelah satelit itu ‘menghilang’ di langit (bersama satelit Ekspress-MD2) pasca terjadinya masalah pada roket pendorong Briz-M Phase III upperstage sehingga tidak bekerja sempurna, US Strategic Command (USSTRATCOM) di AS berhasil mengonfirmasi posisinya. Satelit yang membawa 24 transponder C-band 36 MHz, 8 transponder C-band 54 MHz dan 6 transponder Ku-band 54 MHz itu ditemukan masih mengedari Bumi dalam sebuah orbit lonjong dengan titik terdekat ke permukaan Bumi (perigee) sejauh 267 km sementara titik terjauhnya (apogee) sebesar 5.017 km. Bidang orbit ini tidak sejajar dengan garis-garis lintang maupun bujur Bumi, melainkan membentuk sudut (inklinasi) hingga 49,9 derajat terhadap bidang sejajar ekuator.
Gambar 1.
Satelit Telkom-3 di Baikonur, sebelum dirakit dengan roket pendorong Briz-M.
Sumber : Khrunichev, 2012

Posisi ini dikonfirmasi pula secara visual oleh sejumlah pengamat satelit buatan berpengalaman di berbagai penjuru. Kevin Fetter (Canada) misalnya, berhasil merekam posisi satelit Telkom-3 pada pengamatan 7 Agustus 2012 menjelang fajar waktu Canada. Selain Telkom-3, di orbit yang sama terekam juga ‘rombongan’ tiga benda langit artifisial lainnya, yakni satelit Ekspress-MD2, roket pendorong Briz-M Phase III upperstage dan tanki bahan bakar tambahan (auxilliary propellant tank/APT).
Konfirmasi ini memastikan bahwa satelit yang dibangun oleh ISS Reshetnev (Russia) dengan perlengkapan komunikasi oleh Thales Aleniaspace (Italia) dengan total ongkos pembangunan hingga peluncuran setara Rp 1,9 trilyun (US $ 200 juta, pada kurs US $ 1 = Rp 9.500) tersesat di langit. Satelit Telkom-3 seharusnya menempati orbit geostasioner, yakni orbit berbentuk lingkaran yang terletak pada ketinggian 35.786 km tepat di atas garis khatulistiwa sehingga periode revolusi satelit tepat sama dengan periode rotasi Bumi, yakni 23 jam 54 menit 4 detik. Dengan demikian satelit Telkom-3 masih amat jauh dari tujuannya.
Gambar 2.
Empat benda artifisial dalam orbit yang seharusnya ditempati roket pendorong Briz-M beserta kedua muatannya, berdasarkan observasi Kevin Fetter (Canada) pada 7 Agustus 2012. Observasi dan analisis lebih lanjut memperlihatkan, A = tanki bahan bakar tambahan, B = Ekspress-MD2, C = roket Briz-M, D = Telkom-3.
Sumber : Fetter, 2012.

Apa yang sebenarnya terjadi dalam peluncuran Proton-M dengan roket pendorong Briz-M Phase III upperstage yang bermasalah pada 7 Agustus 2012 juga mulai terkuak. Roket Proton-M sebenarnya bekerja sempurna sehingga berhasil membawa satelit Telkom-3 dan Eskpress-MD2 bersama roket pendorong Briz-M Phase III upperstage tanpa masalah ke orbit lingkaran setinggi 172 km dengan inklinasi 51,5 derajat.
Agar bisa mengirim muatannya ke orbit geostasioner dengan sempurna, roket pendorong Briz-M Phase II upperstage harus dinyalakan secara bertahap hingga lima kali dengan total waktu penyalaan hingga 50 menit. Penyalaan pertama berjalan dengan lancar. Demikian halnya penyalaan kedua, yang berlangsung pada 7 Agustus 2012 pukul 02:38 WIB dan berlangsung selama 17 menit 55 detik. Suksesnya penyalaan kedua menyebabkan Briz-M terdorong hingga menempati orbit lonjong dengan perigee 266 km dan apogee 5.014 km. Namun kedua sukses ini tidak diikuti oleh penyalaan ketiga. Pada pukul 06:00 WIB saat roket berada di atas Chile, penyalaan tahap ketiga Briz-M dimulai. Seharusnya roket Briz-M menyala selama 18 menit 7 detik, namun saat baru berjalan 7 detik mendadak mesin roketnya mati tanpa bisa dinyalakan lagi. Implikasinya, Briz-M pun segera melepaskan satelit Telkom-3 dan 30 menit kemudian menyusul satelit Ekspress-MD2 dan dipungkasi dengan pelepasan tanki bahan bakar tambahan.
Apa penyebab roket Briz-M mati lebih awal dibanding seharusnya belum jelas benar. Awalnya koran “Kommersant” memberitakan masalahnya terletak pada bahan bakar yang berkualitas rendah dan kegagalan pompa turbo memasok bahan bakar ke mesin, setelah dua tahap penyalaan sukses. Namun di hari berikutnya koran ini menyatakan, kegagalan Briz-M akibat patahnya saluran bahan bakar atau terjadi kontaminasi bahan bakar pasca penyalaan tahap kedua. Untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi maka Russia, yang amat tertampar mukanya akibat kegagalan ini, segera membentuk komisi yang beranggotakan penyelidik dari badan antariksa Russia (Roscosmos) dan operator roket Proton (Khrunichev).
Sampah Antariksa
Dengan kondisi saat ini sebagai obyek artifisial yang mengedari Bumi dalam orbit lonjong dengan perigee 267 km, apogee 5.017 km dan menyelesaikan satu putaran setiap 142 menit  sementara di sisi lain satelit ini telah terlepas sepenuhnya dari roket pendorong Briz-M, maka satelit Telkom-3 telah berubah statusnya menjadi sampah antariksa. Satelit ini kemungkinan memang masih sehat, dalam arti semua instrumennya mungkin tetap normal dan bisa bekerja penuh. Namun ia kekurangan bahan bakar guna menjangkau orbit transfer geostasioner, apalagi guna menuju orbit geostasioner.
Karena kosmodrom Baikonur yang menjadi tempat peluncuran satelit Telkom-3 terletak di daerah lintang tinggi, maka setiap obyek artifisial yang diluncurkan dari sini selalu menempati orbit awal dengan ketinggian antara 150 hingga 300 km dengan inklinasi 50 derajat. Ini disebut orbit parkir. Karena satelit Telkom-3 ditujukan untuk menempati orbit geostasioner, maka ia harus didorong terlebih dahulu untuk menempati orbit transfer geostasioner. Orbit transfer geostasioner adalah orbit lonjong dengan apogee tepat senilai 35.786 km dengan inklinasi tertentu. Dari orbit transfer geostasioner ini, khususnya dari titik apogee, barulah satelit bisa digeser ke orbit geostasioner. Jadi, satelit Telkom-3 tidak bisa langsung ditempatkan begitu saja di tujuannya, melainkan harus melewati minimal tiga tahap. Untuk pergi dari orbit parkir ke orbit transfer, demikian pula dari orbit transfer ke orbit geostasioner, ada rumus-rumus matematis yang harus dihitung terlebih dahulu guna memperkirakan besarnya jumlah bahan bakar yang harus digunakan.
Gambar 3.
Konfigurasi orbit yang harus ditempuh satelit Telkom-3 bersama Ekspress-MD2 dalam peluncurannya.
Sumber : Khrunichev, 2012.

Mari kita hitung. Satelit Telkom-3 memiliki bobot 1,9 ton. Maka agar bisa terbang dari pada posisi orbit saat ini khususnya dari titik apogee 5.017 km hingga mencapai orbit transfer geostasioner dengan inklinasi tak berubah (yakni 49,9 derajat), satelit Telkom-3 butuh bahan bakar roket (dimetil hidrazin asimetrik-nitrogen tetroksida) sebanyak 194 % bobotnya atau setara dengan 3,7 ton. Sementara untuk menggesernya ke orbit geostasioner dibutuhkan bahan bakar sebanyak 29 % bobotnya atau setara dengan 0,6 ton. Dengan demikian secara akumulatif satelit Telkom-3 butuh bahan bakar roket sebanyak 4,3 ton. Sayangnya, jumlah ini terlalu banyak dan tak dimiliki satelit itu, sehingga tak memungkinkan baginya bahkan untuk sekedar pergi ke orbit transfer geostasioner.
Jika tidak bisa pergi ke tujuan, bagaimana jika dijatuhkan saja (kembali ke Bumi) secara terkendali? Sama. Itupun sulit. Untuk menjatuhkan satelit Telkom-3 ke Bumi, ia harus diturunkan ke ketinggian 122 km, yakni batas empiris antara lapisan udara yang lebih tebal dengan tipis. Telkom-3 juga harus digeser dari orbit berinklinasi tinggi ke inklinasi tertentu yang memungkinkannya jatuh di lautan luas tak berpenghuni (umumnya dipilih Samudera Pasifik). Nah guna menurunkan diri ke ketinggian 122 km (dari perigee 267 km) dibutuhkan bahan bakar sebanyak 102 % bobot satelit, atau setara 1,94 ton. Tambahkan 0,6 ton guna menggeser inklinasinya, maka secara akumulatif dibutuhkan paling tidak 2,5 ton bahan bakar. Padahal satelit Telkom-3 juga tidak punya bahan bakar sebanyak itu.
Perlintasan 15 Agustus 2012
Alhasil, satelit Telkom-3 menjumpai situasi pelik: tak bisa dikirim ke tujuannya dan sebaliknya tak bisa pula dijatuhkan secara terkendali ke Bumi. Maka ia pun menjadi sampah antariksa, jenis sampah termahal di antara beragam sampah lainnya dalam kehidupan manusia di Bumi karena senilai Rp 1,9 trilyun.
Sampah antariksa ini jelas bakal jatuh kembali ke Bumi, namun kapan dan dimana waktunya masih belum jelas. Yang pasti, pada 15 Agustus 2012 jelang fajar, sampah antariksa ini bakal melintas di atas Sulawesi Utara ke tenggara menuju Australia. Penduduk pulau Jawa akan melihatnya bergerak dari arah utara menuju tenggara sejak pukul 04:08 WIB hingga pukul 05:07 WIB. Berturut-turut rasi-rasi bintang yang dilintasinya adalah Cepheus, Cassiopea, Perseus, Taurus, Orion dan Canis Major.
Gambar 4.
Peta perlintasan satelit Telkom-3 di atas langit pulau Jawa pada Rabu 15 Agustus 2012 pukul 04:08 WIB hingga 05:07 WIB.
Sumber : Satflare.com, 2012.

MENGENAL JENIS TELESKOP

Mengenal Jenis-jenis Teleskop

By Eko Hadi G
Teleskop merupakan salah satu alat yang dapat kita gunakan untuk melihat benda pada jarak jauh. Selain teleskop ada pula binokular atau orang banyak menyebut nya “Keiker”. Pada umum nya teleskop digunakan di bidang astronomi saja tapi jangan salah seiring majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman ternyata teleskop juga digunakan dibeberapa bidang. Kata teleskop diambil dari bahasa yunani yaitu tele yang berarti jauh dan skopein yang berarti melihat sehingga bila diartikan adalah melihat jarak jauh atau lebih sempurnanya untuk melihat benda pada jarak yang jauh.

Jenis-jenis Teleskop Credit by : Vixen optics, Takahashi Europe
Ada tiga jenis utama teleskop optik yang digunakan yaitu Refraktor atau Dioptrik, Reflektor atau Katoptrik dan Katadioptrik. Refraktor atau dioptrik adalah jenis teleskop yang hanya menggunakan lensa untuk menampilkan bayangan benda. Reflektor atau katoptrik adalah jenis teleskop yang menggunakan cermin untuk memantulkan cahaya dan bayangan benda dan Katadioptrik adalah jenis teleskop yang menggunakan kombinasi dari lensa dan cermin sebagai pengumpul cahaya sekaligus bayangan benda.
Teleskop Refraktor
Teleskop refraktor merupakan jenis teleskop pertama kali yang ditemukan dari ketiga jenis teleskop yang ada. Jenis teleskop ini digunakan untuk pertama kalinya di Belanda oleh tiga orang yaitu Hans Lippershey, Zacharias Janssen dan Jacob Metius. Kemudian dari teleskop yang ada, oleh galileo Galilei dikembangkan desain nya dan disusul pula oleh johannes kepler dengan desain yang berbeda sehingga dari desain kedua orang ini muncul desain yang akan sering kita dengar yaitu teleskop refraktor Galilean dan Keplerian.

Teleskop Refraktor - credit : Takahashi Europe
Prinsip dari semua teleskop refraktor pada umum nya sama yaitu dengan menggunakan kombinasi dua buah lensa objektif. Lensa utama berfungsi sebagai pengumpul bayangan dan cahaya kemudian diteruskan ke lensa mata (eyepiece) untuk ditampilkan ke mata sebagai bayangan dari sebuah benda. Tujuan dari teleskop refraktor adalah membiaskan atau membelokkan cahaya. Refraksi ini menyebabkan sinar cahaya paralel berkumpul pada titik fokus. Teleskop akan mengkonversi seikat sinar sejajar dengan membuat sudut alpha. Dengan sumbu optik untuk sebuah kumpulan sinar paralel kedua dengan sudut beta. Rasio beta berbanding alpha disebut sudut pembesaran. Ini sama dengan perbandingan antara ukuran gambar retina diperoleh dengan dan tanpa teleskop.
Teleskop Reflektor
Dari namanya saja kita tahu bahwa reflektor asal mula kata nya dari refleksi yang artinya memantulkan. Teleskop Reflektor adalah teleskop yang menggunakan satu atau kombinasi dari cermin lengkung yang merefleksikan cahaya dan bayangan gambar. Teleskop Reflektor merupakan teleskop alternatif dari teleskop refraktor karena kelainan cacat kromatik yang ditimbulkan oleh lensa. Meskipun teleskop reflektor menghasilkan kelainan optik lainnya, desain reflektor memungkinkan untuk pengembangan dengan diameter yang cukup besar. Hampir sejumlah teleskop-teleskop astronomi yang digunakan oleh Astronom Profesional seperti NASA adalah teleskop reflektor. Cermin lengkung utama pada teleskop reflektor merupakan elemen utama yang akan membuat gambar pada bidang fokus. Jarak antara cermin dengan bidang fokus disebut panjang fokus. Pada panjang fokus ini lah biasa nya ditambahkan cermin sekunder didekat fokus untuk memodifikasi karakter optik dan melanjutkan cahaya ke lensa mata (eyepiece) atau dilanjutkan ke film dan kamera CCD agar hasil citra bisa langsung ditampilkan pada video atau gambar. Teleskop Reflektor akan sangat tepat jika kita gunakan untuk pengamatan objek-objek deepsky seperti nebula, galaksi, opencluster dan comet karena untuk “light gathering” teleskop reflektor jauh lebih baik daripada teleskop refraktor sehingga untuk objek-objek yang mempunyai intensitas cahaya kecil dapat terlihat dengan reflektor.

Teleskop Reflektor - Credit : Vixen Optics.com
Teleskop Katadioptri (Catadioptric Telescope)
Teleskop katadioptri sebenarnya adalah implementasi dari penggunaan sistem katadioptri yaitu sebuah sistem yang memadukan penggunaan antara lensa dan cermin lengkung. Dengan kata lain teleskop katadioptri merupakan jenis teleskop gabungan dari refraktor dan reflektor disatu sisi menggunakan cermin di sisi lain menggunakan lensa. Lebih simpel nya pengertian dari Teleskop Katadiotri adalah teleskop yang memadukan lensa dan cermin. Sistem katadioptri tidak hanya diterapkan pada teleskop saja melainkan seperti mikroskop, sistem mercusuar dan lensa tele pada kamera. Pada teleskop katadioptrik perpaduan lensa dan cermin mempunyai bentuk permukaan cembung seperti bola yang mempunyai beberapa kelebihan yaitu mudah untuk diproduksi, mempunyai tingkat keakuratan dalam mengkoreksi kesalahan pada lensa maupun cermin lengkung dan mempunyai sudut pandang yang relatif lebar.

Kebenaran foto planet X di samping matahari

By Ma'rufin Sudibyo
“Ambillah kamera, lalu tunggulah hingga jelang Matahari terbenam atau tepat setelah Matahari terbit. Kemudian potretlah ke arah Matahari. Jika beruntung, ‘planet X’ akan terlihat tepat di samping Matahari.”
Begitulah petunjuk tertulis untuk mengabadikan ‘Planet X’ yang tersebar luas di dunia maya dan telah banyak dipraktikkan di berbagai penjuru. Ya, ‘Planet X’, yang disebut-sebut sebagai benda langit berukuran raksasa namun segelap batubara sehingga sangat redup dan sangat sulit dilihat. Planet X disebut-sebut telah lama terdeteksi, bahkan sejak 1983, namun identitasnya dirahasiakan oleh lembaga-lembaga astronomi internasional seperti NASA. Sebab ‘Planet X’ dikatakan akan berbenturan dengan Bumi pada 21 Desember 2012 pukul 18:00 WIB kelak, dengan titik benturan di Antartika. Benturan itu bakal tak kepalang dahsyatnya dan bakal menciptakan petaka global yang menjadi faktor utama penyebab akhir zaman alias kiamat.
Cukup menarik, dengan petunjuk yang sama seorang kawan berhasil mendapatkan foto Matahari saat senja di Yogyakarta 7 Oktober 2011 lalu, tepatnya pukul 16:54 WIB. Foto tersebut menyajikan gambar Matahari dengan sebuah bulatan bercahaya yang misterius di sisi kirinya,s eperti terlihat dalam gambar 1 di bawah ini. Apakah bulatan bercahaya tersebut adalah ‘Planet X’?


Analisis
Kita mencoba menganalisis foto tersebut. Pertama, yang perlu dilakukan adalah menetapkan posisi bulatan bercahaya tersebut. Foto tersebut tidak menyajikan informasi apapun terkait posisi Matahari maupun bulatan bercahaya di sisi kirinya. Namun karena foto diambil pada 7 Oktober 2011 pukul 16:54 WIB, maka kita bisa mengetahui bahwa Matahari pada saat itu secara astronomis berada pada posisi azimuth 265 derajat (5 derajat di selatan titik Barat) dan altitude 9 derajat. Dan karena cakram Matahari memiliki diameter 0,5 derajat bila dilihat dari Bumi, maka kita pun bisa mengetahui jarak sudut (elongasi) antara pusat cakram Matahari dengan pusat bulatan bercahaya tersebut adalah sekitar 1 derajat. Dengan demikian kita bisa mengestimasi posisi bulatan bercahaya tersebut, secara kasar, adalah pada azimuth 264 derajat dan altitude 10 derajat. Maka, jika diberi notasi, gambar 1 menjadi seperti di bawah ini (panah menunjukkan kilau cahaya Matahari).

Yang kedua, foto tersebut perlu dibandingkan dengan sumber lain yang independen. Perlu diketahui bahwa Matahari merupakan benda langit yang terus-menerus dipantau oleh berbagai observatorium landas bumi alias satelit. Saat ini ada empat satelit aktif yang memonitor Matahari tanpa terputus selama 24 jam penuh per hari, 7 hari penuh per minggu. Masing-masing adalah satelit kembar STEREO (Solar Terestrial Relation Observatory), satelit SDO (Solar Dynamics Observatory) dan satelit SOHO (Solar and Heliospheric Observatory). Bila satelit kembar STEREO dan SDO adalah dibuat dan dioperasikan oleh NASA, maka satelit SOHO dibuat oleh konsorsium Astrium dari Eropa serta dioperasikan bersama oleh ESA (badan ruang angkasa Eropa) dan NASA dengan kendali utama terletak di ESA. Karena NASA “selalu dicurigai” menyembunyikan informasi, mari gunakan satelit SOHO saja, sang veteran pemantau Matahari yang telah bertugas sejak Desember 1995 silam.
Satelit SOHO mengorbit Matahari pada titik Lagrange L1, yakni titik yang berjarak 1,5 juta km dari Bumi dan terletak pada garis lurus imajiner antara Bumi-Matahari. Titik Lagrange L1 adalah titik dimana gravitasi Bumi dan Matahari adalah seimbang, dimana antara titik ini dengan Matahari tidak ada benda langit berukuran besar yang menghalangi. Sehingga titik Lagrange L1 merupakan lokasi ideal guna menempatkan satelit pemantau Matahari yang bekerja secara terus-menerus tanpa terganggu rotasi Bumi maupun penutupan (penggerhanaan) oleh Bulan. Ilustrasi titik Lagrange L1 adalah seperti di bawah ini.

Ada berbagai instrumen yang terpasang pada satelit SOHO, dua diantaranya adalah LASCO C2 dan LASCO C3. LASCO (Large Scale Coronagraph) adalah teleskop reflektor yang dilengkapi dengan koronagraf, yakni cakram pipih padat yang ditujukan untuk menutupi cakram Matahari yang terang sangat menyilaukan. Sehingga cahaya Matahari tidak ada yang langsung masuk ke teleskop, kecuali telah dipantulkan terlebih dahulu oleh benda langit. Dengan demikian koronagraf merupakan ‘gerhana buatan’ yang membuat lingkungan di sekitar Matahari bisa dipantau dengan seksama tanpa perlu khawatir oleh silau cahaya Matahari. Tujuan dari instrumen LASCO adalah untuk memantau lingkungan sekitar Matahari, terutama mengobservasi dinamika aktivitas Matahari yang terlepas ke angkasa (misalnya badai Matahari). Pun juga untuk memantau benda-benda langit yang nampak di sekitar Matahari, khususnya yang belum dikenal, seperti komet baru maupun benda langit asing lainnya.
LASCO C2 dan LASCO C3 adalah identik, kecuali dalam hal medan pandang dan perbesarannya. LASCO C2 memiliki perbesaran lebih besar, sehingga medan pandangnya lebih sempit (yakni 2 derajat) dengan ukuran koronagraf 1 derajat. Sebaliknya LASCO C3 perbesarannya lebih kecil sehingga medan pandangnya lebih besar (yakni 8 derajat) dengan ukuran koronagraf 2 derajat. Dengan demikian kedua instrumen ini memenuhi syarat untuk mengidentifikasi apakah bulatan bercahaya yang terdapat dalam gambar 1 nyata adanya.
Sebelum citra hasil bidikan kedua instrumen tersebut kita manfaatkan, terlebih dahulu posisi Matahari dan lingkungan sekitarnya dilihat dari Yogyakarta pada 7 Oktober 2011 pukul 16:54 WIB kita simulasikan, sehingga arah pandang satelit SOHO dapat disesuaikan dengan arah pandang dari Yogyakarta. Menggunakan software Starry Night dan dengan menghilangkan suasana siang, maka lingkungan Matahari dapat dilihat dalam gambar 4 berikut.

Dapat dilihat adanya benda-benda langit di sekitar Matahari yang menjadi penanda, seperti planet Merkurius dan Saturnus serta bintang Porrima dan Chi Virginids dari gugusan bintang Virgo, dengan tingkat terang atau magnitudo semu (m) masing-masing. Sebuah lingkaran kecil pun bisa ditempatkan sesuai dengan posisi bulatan bercahaya yang ada pada gambar 1. Setelah citra LASCO C2 yang diambil pada 7 Oktober 2011 pukul 16:42 WIB diorientasikan agar sesuai dengan gambar 4, maka didapatkan gambar sebagai berikut.

Nampak jelas bahwa dalam citra tersebut benda-benda langit yang menjadi penanda dalam gambar 4 pun terlihat dengan posisi yang sesuai dan mudah diidentifikasi. Namun bulatan bercahaya yang dimaksud dalam gambar 1 ternyata tidak ada.
Untuk lebih memastikannya, mari gunakan instrumen LASCO C2 yang perbesarannya lebih besar. Dengan mengorientasikan citra LASCO C2 yang diambil pada 7 Oktober 2011 pukul 16:36 WIB sesuai dengan gambar 4, kita memperoleh pada lokasi bulatan bercahaya seperti dalam gambar 1 ternyata tidak ada benda langit apapun!

Baik citra LASCO C3 maupun LASCO C2 memang tidak tepat diambil pada jam yang sama dengan foto di gambar 1, namun masing-masing berselisih 12 menit dan 18 menit sebelumnya. Meski demikian selisih ini tidak signifikan. Sebab meski kecepatan gerak benda-benda langit memang amat tinggi, namun resultan kecepatan relatifnya terhadap titik Lagrange L1 Bumi adalah demikian rupa sehingga relatif lambat. Sebagai gambaran adalah Merkurius, yang mengorbit Matahari dengan kecepatan rata-rata cukup tinggi yakni 47 km/detik, namun demikian dalam citra LASCO nampak bergerak lambat sehingga teramati dengan jelas sejak akhir September. Dengan demikian tak ada alasan untuk mengatakan tak terlihatnya bulatan bercahaya pada gambar 1 dalam citra LASCO C3 dan LASCO C2 sebagai akibat geraknya yang sangat cepat. Terlebih lagi jika benda itu hendak berbenturan dengan Bumi.
Konfimasi sejenis dengan menggunakan citra satelit STEREO maupun SDO memastikan memang tak ada benda langit di posisi bulatan bercahaya yang dimaksud gambar 1. Demikian pula, tak ada astronom yang melaporkan keberadaan benda serupa. Karena itu bisa disimpulkan, benda tersebut memang tak ada di langit.
Analogi : Komet McNaught 2007
Masalah keterlihatan benda bercahaya terang yang ada di lingkungan sekitar Matahari sebenarnya dapat dianalogikan dengan peristiwa menarik di tahun 2007 silam. Yakni tatkala komet McNaught, komet paling terang yang nampak dari Bumi sepanjang empat dekade terakhir. Pada saat mendekati perihelionnya (yakni titik terdekatnya terhadap Matahari) pada 14 Januari 2007 lalu, komet McNaught memiliki magnitudo semu hingga -7 sehingga membuatnya mampu terlihat dengan jelas di siang hari, asalkan kita menghindari menatap Matahari langsung. Dengan kata lain, komet ini terlihat dengan jelas di siang bolong sepanjang cahaya Matahari tidak masuk ke kamera secara langsung.
Observasi Jogja Astro Club (JAC) pada 14 Januari 2007 memastikan komet McNaught ini memang dapat terlihat di siang bolong, bahkan pada saat terik Matahari jam 1 siang, meskipun hanya difoto dengan kamera digital poket saja. Komet nampak jelas dalam gambar 7 berikut (ditandai dengan panah). Laporan sejenis juga berdatangan dari para astronom di berbagai penjuru dunia.

Komet tersebut ternyata terekam juga dalam citra LASCO C3 satelit SOHO yang diambil pada 13 Januari 2007 pukul 20:54 WIB. Komet nampak sangat terang, sekitar 40 kali lebih terang dibanding Merkurius, sehingga kilauan cahayanya jelas terlihat dan mendominasi lingkungan Matahari saat itu. Demikian terangnya komet ini sehingga citra LASCO C3 satelit SOHO bahkan harus direduksi hingga ke titik minimum agar gambar yang disajikan satelit tidak hanya berupa cahaya putih semata yang berasal dari komet ini (lihat gambar 8 berikut).

Sebuah benda langit yang berdekatan dengan Matahari dapat terlihat bilamana lebih terang dibanding planet Venus (magnitudo semu -4,0). Bila hal ini diterapkan dalam bulatan bercahaya yang ada di gambar 1, seharusnya bulatan tersebut jauh lebih terang dibanding planet Venus, bahkan dibanding komet McNaught, karena dimensinya jelas terlihat. Dengan demikian, seharusnya citra satelit SOHO pada instrumen LASCO C3 dan C2 seperti gambar 4 dan 5 seharusnya pun memperlihatkan benda bercahaya sangat terang seperti halnya yang disajikan dalam gambar 8. Dengan fakta bahwa gambar 4 dan 5 ternyata wajar-wajar saja (alias tidak merekam benda sangat terang didalamnya), jelas bahwa bulatan bercahaya yang terekam dalam gambar 1 bukanlah benda langit.
Hanya Ilusi
Lantas bulatan bercahaya itu apa? Disinilah kita memasuki langkah analisis yang ketiga, yakni membandingkannya dengan gambar Matahari yang diambil secara langsung dengan kamera, yakni yang memungkinkan cahaya Matahari masuk secara langsung ke dalam kamera. Ternyata bulatan bercahaya sejenis pun terlihat, seperti disajikan dalam gambar 9 berikut (bulatan bercahaya ditandai dengan panah).

Jelas bahwa bulatan bercahaya tersebut muncul karena kita mengarahkan kamera langsung ke Matahari. Sehingga terjadi ilusi fotografis, dimana cahaya Matahari yang kuat dipantulkan oleh bagian tertentu pada lensa kamera sehingga membentuk bayangan yang memiliki ukuran sama dengan Matahari, namun lebih redup. Hal serupa pun terjadi jika kita mengamati benda langit terang lainnya dengan menggunakan alat optik yang sesuai. Misalnya pengamatan Venus dengan menggunakan teleskop. Di akhir abad ke-19, dunia astronomi pernah dihebohkan dengan penemuan titik cahaya terang di samping Venus dan telah berkali-kali teramati teleskop. Namun evaluasi lebih hati-hati menyimpulkan benda terang tersebut sebenarnya tak pernah ada di langit, sebab hanyalah bayangan hasil pantulan cahaya Venus ke mata manusia (setelah melewati tabung teleskop).
Karena itu, untuk mengamati lingkungan di sekitar benda-benda langit yang terlalu terang bila menggunakan alat optik tertentu, selalu disarankan untuk memblokir cahaya dari benda-benda langit terang tersebut sehingga tidak ada cahayanya yang langsung masuk ke mata atau kamera. Pemblokiran cahaya tersebut dapat menggunakan koronagraf sederhana, yang diilustrasikan sebagai berikut.


Membuat Teleskop Refraktor

By Danang Dwi Saputra

Siapa bilang Astronomy itu mahal???,bener juga sih, teleskopnya harganya mahal, “itu buatan pabrik”. Tahukah kalian betapa sangat Luas jagad raya kita ini???, ya, kita hanya sebagian kecil dari bagian dari jagad raya ini. Saya Danang mahasiswa jurusan Olahraga, ingin berbagi ilmu dengan kalian semua para pembaca setia. Kecintaan saya dengan ilmu astronomi membuat saya ingin mempunyai teleskop sendiri, namun karena keterbatasan Dana untuk beli teleskop buatan pabrik, saya putuskan untuk mencoba membuatnya sendiri. “Ya”,kita tahu harga teleskop buatan pabrik tidaklah murah, untuk spesifikasi yang bagus harganya jutaan, bahkan ada yang melebihi harga mobil baru. Hal tersebut yang kemudian membuat saya untuk memutuskan mencoba untuk membuat teleskop sendiri, “Apa bisa???”. Belajar dari teman-teman astronomy di dalam maupun luar negeri melalui jejaring sosial dan blog, banyak ilmu yang saya dapatkan tentang rumus-rumus perbesaran teleskop,cara kerjanya dan banyak sekali hal yang saya pelajari tentang teleskop. Terinspirasi dari teleskop buatan pak Mutoha yang sekaligus ketua JAC ( Jogja Astro Club ) yang ditulisnya di Blog beliau, saya mencoba membuatnya dengan sedikit modifikasi dan kreatifitas. Tipe teleskop yang saya buat berjenis Refraktor. Postingan terdahulu sudah dijelaskan tentang jenis dan macam teleskop dan kita tahu bahwa ada banyak tipe teleskop, yaitu Refraktor,Reflektor (Newtonian), dan Cassegrain. Berikut teleskop pertama buatan saya:




Untuk bahan-bahan yang kita butuhkan adalah sebagai berikut
  • lensa bekas fotokopi / lup / lensa cembung (biasanya memiliki fokus 25-60 cm)
  • lensa obyektif mikroskop m=10x sd 20x ( saya memakai perbesaran 10x)
  • lensa okuler mikroskop m=5x atau 12.5″ (saya gunakan untuk findernya)
  • pipa pralon 4″ ( saya mengunakan 2,5” )
  • sambungan 4″-4″ = 2x dan 4″-2″=1x ( saya menggunakan 2,5” x 4 buah )
  • Tutup pralon untuk ukuran pralon 2,5” 2 buah (1 untuk dibuat focuser, 1 untuk tutup tabung    telescope).
  • teleskop finder ( bisa digunakan binokuler yang kecil/diambil satu saja)
  • penyangga (tripod) alt-azimuth
  • lem pralon
Tambahan
-          Gear dan ban tamia bekas, yang saya dapatkan dari bekas maianan adik saya.
Data bahan diatas saya dapatkan dari blog pak Mutoha, silahkan klik link berikut; http://mutoha.blogspot.com/2007/05/membuat-teleskop-sendiri.html
Dari bahan yang sudah saya dapatkan, saya mencoba untuk ikut membuat dengan sedikit modifikasi di lensanya, saya menggunakan lensa sebanyak 3 buah seperti pada teropong bumi (binocular). Barang yang saya pakai adalah barang bekas, kecuali lensa objektif microskop 10x dan eyepiece microskop 12,5x dan juga pipa pralon. Teleskop saya terdiri dari 3 buah lensa, objektif berdiameter 7cm dari lensa fotocopy, objektif microscope 10x, serta okuler microskop 12,5x.
Langkah pertama adalah mencari titik focus  lensa fotocopy (biasanya 25-60 cm), focus teleskop saya 25 cm. Setelah ketemu titik focus barulah kita membuat tempat untuk lensanya. Untuk tempat lensa saya pergunakan sambungan pralon ukuran 2,5 dim, disini saya menggunakan sambungan sebanyak 4 sambungan ( 2 sambungan untuk tempat lensa, dan 2 lagi untuk lens shade). Jangan lupa tentukan dahulu panjang pipa pralon agar sama dengan panjang focus lensa.
Langkah kedua, membuat system focuser dengan menggunakan tutup pralon yang dilubangi, lalu dimasukan shok 2,5 in kecil dan lem dengan lem pralon. Selanjutnya dengan gear dan ban tamia bekas (bisa juga dengan barang bekas lain) untuk system penggerak agar bisa bergerak keluar dan masuk untuk mencari fokus . Dibuat sedemikian rupa menyerupai system focuser pada teleskop refraktor buatan pabrik (yang saya buat single focuser).
Langkah ketiga, membuat eyepiece dari okuler monokuler dan membuat finder dengan monocular . pertama kita lepas lensa ob, lalu lepas juga lensa ok untuk dibuat eyepiece, untuk lensa pembalik kita simpan saja. Untuk membuat eyepiece, saya menggunakan lensa ob microskop perbesaran 10 x dan ok monocular. Keduanya saya tempatkan pada tabung kecil dengan jarak 10 cm karena ob microskop saya buat focus di 10 cm. Selanjutnya membuat finder, Cara membuat finder ini tidaklah rumit. Untuk ob finder saya gunakan Lensa ob monocular yang saya letakkan sedemikian rupa pada sambungan 2,5” kecil, lalu untuk ok findernya saya menggunakan lensa ok microskop 12,5x.
Langkah selanjutnya tinggal membuat dudukan finder pada tabung optic dan dudukan tripod untuk tabung optic. Sebenarnya teleskop ini namanya bukan teleskop, karena bayangan yang dihasilkan tidak terbalik, kecuali jika lensa pembalik pada teleskop disertakan pada pemasangan pada eyepiece teleskopnya. Ini seperti sebuah binocular yang besar dengan lensa microskop didalamnya. Tidak tahu namanya apa, saya menyebutnya my first telescope, dan yang jelas saya bengga dengan hasil karya saya.
Saya lumayan puas karena kawah bulan terlihat cukup bagus, jupiter bergaris dengan 4 satelitnya dan saturnus dengan cincinnya. untuk deep sky object saya berhasil melihat nebula orion, tapi sayang cuman kayak debu putih seperti kapas. Sekarang saya sedang dalam tahap pembuatan telescope tipe Newtonian ( reflector).Berikut foto bulan dengan menggunakan kamera HP 2 mp;




TRANSIT VENUS

Transit Venus

By Eko Hadi G

6 Juni 2012 sebuah fenomena yang sangat langka akan terjadi dan baru akan terulang kembali sekitar 100 tahun kedepan. Fenomena apakah itu? Fenomena tersebut adalah Transit Planet Venus atau gerhana planet venus. Selama 1 abad, transit venus hanya terjadi dalam dua pekan. Di abad ini transit Venus dapat diamati ditahun 2004 dan tahun 2012.
Fenomena Transit Venus sejatinya adalah peristiwa tepat sejajarnya Matahari, Venus dan Bumi dalam satu garis lurus ditinjau dari semua arah dimana Venus tepat berada di tengah–tengah. Hampir mirip dengan gerhana matahari hanya saja posisi bulan digantikan dengan planet venus. Pengamatan transit venus 2012 bukan lah awal dari pengamatan transit venus. Transit venus pertama kali diamati oleh astronom persia yaitu Ibnu Sina pada tanggal tanggal 24 Mei 1032 menjelang matahari terbenam kemudian disusul pengamatan pada 5 desember 1639, 6 Juni 1761 , 4 Juni 1769, 9 Desember 1874, 7 Desember 1882 dan terakhir 8 Juni 2004. Di indonesia, pengamatan transit venus dilakukan selama 3 kali dari delapan transit venus yang pernah diamati oleh manusia yaitu dua kali pengamatan pada zaman hindia belanda pada tahun 1761 dan 1769 oleh Johann Mauritz Mohr dan satu kali pengamatan transit pada tahun 2004 oleh para astronom dari observatorium Bosscha (Bandung), planetarium Jakarta (Jakarta), Yogyakarta dan sejumlah titik pengamatan lainnya. Bagi dunia ilmu pengetahuaan, transit Venus sarat dengan nilai historis dan fungsi edukatif. Misalnya guna penentuan jarak sebenarnya antara Bumi dan Matahari.

Posisi Matahari Venus dan Bumi
Transit Venus dapat kita saksikan di seluruh wilayah indonesia mulai sabang sampai merauke. Transit Venus mulai terjadi pada pukul 05.09 WIB hingga pukul 11.49 WIB sehingga untuk daerah yang menggunakan waktu indonesia bagian barat(WIB) akan menjumpai transit venus semenjak matahari terbit. Secara kasat mata 6 juni 2012 matahari mungkin tidak akan ada beda nya dengan hari biasa nya. Namun saat kita gunakan teleskop yang sudah dilengkapi filter matahari maupun binokular yang sudah dilengkapi filter matahari akan tampak bintik bulat di sekitar permukaan matahari. Itulah planet venus. Pengamatan transit venus akan lebih optimal bilamana kita memiliki teleskop maupun binokular yang sudah dilengkapi dengan filter matahari. Namun bagi anda yang tidak memiliki alat janganlah berkecil hati, secara berkala Kafe Astronomi dan Jogja Astro Club akan menyiarkan live streaming teleskop yang dapat anda akses di www.kafeastronomi.com/live dan untuk mengetahui lebih lanjut tentang info, tahapan kontak transit venus, cara pengamatan transit venus dll kami sangat menyarankan anda untuk mendownload ebook panduan mengamati transit venus yang berjudul “Kala Bintang Kejora Melintas Sang Surya“. Berhubung fenomena ini merupakan fenomena yang amat sangat langka dan belum tentu cukup umur manusia untuk melihat transit venus di tahun 2117  maka kami sangat menyarankan anda untuk ikut melihat fenomena transit venus ini baik live streaming maupun menggunakan instrumentasi seperti teleskop dan binokular. Semoga langit cerah dan tidak ada halangan satupun untuk mengamati transit venus 2012. Salam Astronomi.
Panduan Untuk mengamati Fenomena Transit Venus dapat di download disini
Referensi : Kala Bintang Kejora Melintas Sang Surya

BUKTI KEBENARAN AL-QUR'AN

Hidupan Berasal Daripada Air ?

Dalam surah al-Anbiyak ayat 30 Allah berkata, 
"Apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu kemudian kami pisahkan antara keduanya. Daripada air kami jadikan segala sesuatu yang hidup".

Ayat ini menjelaskan mengenai dua perkara penting. Pertama mengenai asal-usul kejadian langit dan bumi yang pada asalnya bercantum padu, kemudian dipisahkan antara kedua-duanya. Hal ini adalah selari dengan kejadian BIg Bang yang berlaku lebih kurang 14 bilion tahun dahulu. Kedua, ayat ini menjelaskan mengenai hakikat kehidupan air adalah asas bagi segala kehidupan. Tanpanya hidupan tidak wujud sama sekali.

Molekul Air

Air Asas kepada Segala Hidupan?
Air tidak hanya penting dalam proses kejadian langit dan bumi, ia juga penting bagi hidupan-hidupan di dunia. Hal ini ditegaskan Allah di beberapa tempat dalam Al-Quran, sebagai contoh, dalam surah al-Anbiyak ayat 30 Allah berkata, "Dan daripada air kami jadikan segala sesuatu yang hidup."

Ia juga terdapat dalam surah an-Nur ayat 45 yang bermaksud, "Allah mencipta kesemua jenis haiwan daripada air."

Mengikut BBC News dalam segmen Science and Nature (Space) bertarikh 27 Mei 2006, pakar-pakar biologi bersepakat air adalah asas kepada kehidupan. Tanpanya, kehidupan tidak boleh wujud dan sekiranya ia wujud, ia tidak boleh berterusan tanpa air.

Kenyataan bahawa hidupan bermula daripada air mendapat kekuatan tambahan dengan penemuan terbaru yang mendapati hidupan mungkin bermula di bawah lautan. Mengikut BBC News Online bertarikh 9 September 1998, di segmen Sci/Tech bawah tajuk Springing To Life Under The Sea, saintis-saintis mengatakan rahsia mengenai kewujudan hidupan yang awal di dunia mungkin wujud 9 000 kaki di bawah lautan Atlantik. Di situ para saintis menemui semburan hidrogen dan selepas mereka mengkaji persekitarannya, mereka merasakan ia sesuai bagi melahirkan kehidupan di peringkat awal.

Setiap hidupan  terbina daripada sel dan kehidupan sel bergantung kepada protoplasma dan protoplasma memerlukan air untuk hidup kerana 80 peratus daripadanya adalah air, justeru tidak boleh wujud sebarang hidupan tanpa air.

Kesemua penemuan ini menunjukkan kenyataan al-Quran bahawa segala kehidupan bermula daripada air adalah benar dan dapat disahkan melalui kajian sains.

Proses kejadian Bumi

Kejadian Bumi melalui beberapa proses tertentu. Ia bermula lebih kurang 4.5 bilion tahun dahulu sebagai sebahagian daripada gumpalan gas yang dikenali sebagai solar nebula. Salah satu planet yang terhasil adalah bumi. Teori kejadian bumi daripada proses accretion ini pada asalnya diutarakan oleh Otta Achmidt, seorang pakar geofizik dari Rusia pada tahun 1944 dan teori ini menjadi semakin popular pada hari ini. Proses pembentukan bumi melalui fasa-fasa tertentu. Berkemungkinan besar, ayat-ayat Allah mengenai bumi yang terdapat dalamnya perkataan-perkataan yang berbeza menceritakan berkenaan proses-proses ini.

Dalam surah az-Zukhruf ayat 10 Allah menjelaskan, "Dia yang menjadikan bumi sebagai hamparan tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi supaya kamu mendapat petunjuk."

Dalam ayat ini, Allah menggunakan perkataan mahda semasa menceritakan mengenai bumi. Mengikut Hans Wehr: A Dictionary of Modern Written Arabic oleh J. Milton Cowan, perkataan mahda berasal daripada perkataan mahada dan antara maksudnya to spread out evenly, to make easy yang bermaksud menghamparkan dan mempermudah. Ayat ini menggambarkan bumi dijadikan seperti suatu hamparan bagi mempermudah aktiviti manusia di atasnya. Sekiranya dilihat dengan mata kasar, bumi ini sememangnya adalah hamparan yang luas nun sejauh mata memandang. Namun hamparan bumi ini mempunyai logiknya di sudut sains dan hal ini akan di terangkan kemudian.

Jaman es adalah periode di dalam sejarah pembentukan bumi saat terjadi pendinginan yang meluas di atmosfer dan lautan
Dalam surah Abasa ayat 26, Allah berkata, "Kemudian kami belah bumi dengan sebaik-baiknya."

Dalam surah ini, perkataan yang digunakan adalah perkataan syaqaqna yang berasal daripada perkataan syaqq. Mengikut Hans Wehr: A Dictionary of Modern Written Arabic bermaksud to split, cleave, part iaitu dipisahkan dan pecahkan sekali gus menggambarkan bumi sebelum ini adalah bercantum kemudian dipisahkan.

Dalam surah ar-Ra'd ayat 3 pula, Allah menjelaskan, "Dialah yang melebarkan bumi dan dijadikan di atasnya gunung-ganang dan sungai-sungai." 

Dalam ayat ini Allah menggunakan perkataan madda , mengikut Hans Wehr: A Dictionary of Modern Written Arabic, bermaksud to extend, distend, expand, dilate, strech iaitu mengembangkan dan melebarkan. Ayat ini menunjukkan bumi ini tidak statik sebaliknya terus-menerus membesar dan melebar hingga ke hari ini.

Antara Sinar & Cahaya

Masa di mana ilmu metafizik tidak dapat membezakan di antara sinar dan cahaya, kita menemui konsep sains al Quran dalam masalah ini salah satunya Al Quran menerangkan tentang matahari. Al Quran mengilustrasikan matahari sebagai sinar dan menggambarkan bulan sebagai cahaya,ini adalah satu bentuk ayat wasfiyah,sebagaimana Firman Allah SWT:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاء وَالْقَمَرَ نُوراً وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُواْ عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللّهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Maksudnya: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya..."(Surah Yunus : 5)

Sinar adalah suatu yang terpancar langsung dari benda yang terbakar serta bercahaya dengan sendirinya manakala sinar ini jatuh pada benda yang gelap maka sinar tersebut akan memancar.
 
 تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاء بُرُوجاً وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجاً وَقَمَراً مُّنِيراً  

Maksudnya: "Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang (buruj) dan menjadikan padanya siraaj dan bulan yang munir." (surah al-Furqan ayat 61)

Hal yang sama ditekankan dalam surah al-Nabak ayat 13 yang bermaksud, "Dan Kami yang jadikan siraajan wahhaaja (iaitu matahari)."

Dalam surah an-Nuh ayat 15 hingga 16 pula Allah berkata, "Tidakkah Kamu perhatikan bagaimana Allah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat dan Allah menciptakan pada langit-langit itu bulan sebagai nuur dan matahari sebagai siraaj."

Di dalam Hans Wehr: A Dictionary Of Modern Written Arabic, siraj diertikan sebagai 'lamp', 'light' yang bermaksud 'pelita', 'lampu,. Makna wahaaja pula adalah burn, blaze, flame yang bermaksud membakar, menyala, berapi. Justeru matahari sebagai siraaj dan siraajan wahaaja mengeluarkan cahaya sendiri melalui proses tertentu yang berlaku di dalamnya.
Nuur diertikan sebagai brightness, gleam, glow yang bermaksud bercahaya, menyilau. Muniir pula diertikan sebagai luminous, radiant, shining yang bermaksud bercahaya, bersinar. Justeru bulan sebagai nuur dan muniir tidak mengeluarkan cahaya sendiri sebaliknya ia mamantulkan cahaya matahari yang menimpanya.

Ayat-ayat ini menjelaskan mengenai perbezaan antara matahari dan bulan dalam konteks cahaya yang dikeluarkan kedua-duanya. Mengikut al-Quran, matahari membakar dan dengan itu mengeluarkan cahaya sedangkan bulan hanya bersinar iaitu menerima dan memantulkan cahaya. Kiasannya adalah seperti lampu dan cermin, lampu mengeluarkan cahaya, sedangkan cermin hanya memantulkan cahaya.
Kenyataan ini adalah selari dengan penemuan sains semasa kerana matahari adalah sebuah bintang sedangkan bulan adalah satelit. Seperti bintang-bintang yang lain, kestabilan matahari dan sinaran cahaya yang keluar daripadanya bergantung kepada tenaga yang mampu dihasilkannya.



Perbezaan jelas antara sinar dan cahaya sudah diterangkan oleh Allah SWT 1400 tahun silam yang menjadi penegas bagi mukjizat sains Al Quran Al Karim.
Sebenarnya ilmu metafizik yang ada dalam kehidupan kita waktu ini merupakan akumulasi ilmu pengetahuan di kurun ke 21 tetapi baru beberapa tahun terakhir sahaja ilmu metafizik dapat membezakan di antara sinar dan cahaya.

Orbit-orbit Bumi & Objek di Langit

Seorang pakar astronomi daripada Poland, Nicolaus Copernicus mengutarakan teori  yang dikenali sebagai teori helio sentrik. Melalui buku beliau yang diterbitkan pada tahun 1543 Masihi bertajuk De revolutionibus orbium coelestium (On the revilutions of the Heavenly Spheres), beliau mengatakan matahari berada dalam keadaan pegun di tengah-tengah angkasa manakala objek-objek lain di kosmos berpusing mengelilinginya. Hal ini dilaporkan dalam Stanford Encyclopedia of Philosophy di http://plato.stanford.edu/entries/copernicus.

Sebaliknya Quran menyatakan bumi dan matahari berputar dan tidak pegun. Sebagai contoh, dalam surah Al-Anbiyak ayat 33 Allah berkata, 

 وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Maksudnya: "Dan Dialah yang menciptakan malam dan siang,matahari dan bulan. Kesemuanya beredar (yasbahuun) dalam falaknya."

Perkataan yasbahuun bermaksud berenang. perkataan berenang pada asalnya berkaitan dengan perbuatan seseorang yang bergerak dalam air melalui pergerakan anggota badannya. Begitulah kiasannya dengan matahari dan bulan. kedua-duanya bergerak sendiri di angkasa. Pendek kata, matahari dan bulan tidak pegun. Tambahan daripada itu oleh sebab perkataan falak digunakan, dan falak bermaksud bulat seperti sfera, ayat ini menunjukkan matahari dan bulan bergerak dalam bulatan. 

Justeru di dalam Tafsir al-Quran al-Azim,Imam Ibn Kathir menukilkan pandangan sahabat Abdullah bin Abbas yang mengatakan 'malam dan siang' matahari dan bulan beredar dalam bulatan sebagaimana beredarnya rahat ketika menggulung benang'. Mengikut kamus Dewan, rahat ialah alat bulat seumpama roda yang digunakan bagi menggulung benang. Pentafsiran ini menunjukkan para sahabat di zaman nabi sudah berpegang dengan pendapat matahari dan bulan berputar dalam bulatan di atas paksinya sendiri.

Seperkara yang menarik dalam ayat ini adalah Allah mengatakan,malam dan siang, seperti matahari dan bulan juga berputar dalam falaknya. Semasa menjelaskan 'malam dan siang, matahari dan bulan beredar dalam falaknya', Allah menggunakan perkataan yasbahuun yang melambangkan banyak (lebih dari dua,dalam tatabahasa bahasa arab).

Said hawa di dalam al-Asas fi al-tafsir menjelaskan perkataan yasbahuun adalah perkataan perbuatan (verb) yang digunakan bagi objek yang berjumlah lebih daripada dua. Dalam ayat ini, jumlah objek yang Allah nyatakan hanya dua, iaitu matahari dan bulan. Di manakah objek yang ketiga?  malam dan siang bukannya objek sebaliknya adalah fenomena yang berlaku di atas bumi. Oleh sebab putaran malam dan siang berlaku di atas bumi, maka objek yang ketiga yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah bumi. Tambahan daripada itu, disebabkan Allah mengatakan malam dan siang berputar (yasbahuun), menunjukkan bumi berputar dan hasil daripada putaran bumi di atas paksinya, maka lahirlah fenomena siang dan malam.

Kesemua ini menampakkan Quran adalah sebuah kitab yang begitu saintifik kerana kenyataan-kenyataan ini adalah selari dengan penemuan semasa.

Orbit Mengelilingi Galaksi

Secara umumnya, apabila kita berbicara mengenai orbit (putaran) bumi dan objek-objek di langit, ayat-ayat Quran nampak seolah-olahnya memfokuskan mengenai satu aspek saja, iaitu mengenai putaran objek-objek ini di atas paksinya (seperti yang dibicarakan sebelum dalam tajuk 'Orbit-orbit bumi dan objek di langit, sebelum ini). Adakah ini menunjukkan tidak wujud putaran dalam bentuk lain bagi objek-objek ini?

Rupa-rupanya di dalam al-Quran terdapat ayat yang mengisyaratkan mengenai putaran yang berbeza. Ini telah tertulis di dalam surah Yasin ayat 38,Allah menyatakan, 


وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ 


Maksudnya: "Dan matahari beredar (tajri) ke tempat tujuannya (mustaqar). Demikianlah yang ditentukan oleh yang maha perkasa lagi maha mengetahui."

Perkataan yang penting dalam ayat ini ialah tajri dan mustaqar. Tajri bermaksud berlari dan mustaqar bermaksud tempat tujuan, perhentian atau tempat menetap. Di dalam al-Asas fi al-Tafsir, as-Syeikh Said Hawa mentafsirkan ayat ini dengan berkata, "(Antara tanda kekuasaan Allah adalah) matahari bergerak menuju ke tempat menetap baginya." Sekiranya ayat sebelum ini menyatakan matahari 'berenang atau bergerak dalam bulatannya', ayat ini pula menyatakan matahari 'berlari menuju ke tempat perhentiannya'. Justeru ayat pertama membicarakan mengenai putaran di atas paksi manakala ayat kedua membicarakan mengenai putaran (orbit) yang berbeza.

Penemuan semasa mengesahkan matahari, di samping bergerak di atas paksinya yang mengambil masa 25 hari bagi melengkapkan satu putaran, ia juga bergerak mengelilingi galaksinya yang bernama Bimasakti (Milky Way). Para saintis mengesahkan matahari bergerak mengelilingi bahagian tengah (nukleus) galaksi ini dengan kelajuan 220 km/saat (140 mi/s). Ini bermakna ia mengambil masa lebih kurang 225 juta bagi melengkapkan satu pusingan mengelilingi bahagian nukleus galaksi ini. 

Justeru, dalam surah yasin,ayat 38 ini mensyariatkan objek-objek di langit (termasuk bumi) di samping berputar di atas paksinya, juga beredar mengelilingi pusat (nukleus) galaksinya mengikut ketetapan Allah seperti yang berlaku kepada matahri. Ini sudah memadai bagi merangsang umat Islam supaya terus mengkaji rahsia kejadian alam termasuk yang berkaitan dengan putaran dan peredaran objek-objek di langit.

Jangka Hayat Matahari

Matahari adalah sebuah bintang. Kejadiannya bermula lebih kurang 8-10bilion tahun selepas berlaku Big Bang, iaitu lebih kurang 5 bilion tahun dahulu. Proses nuklear yang berlaku dalam matahari melahirkan cahaya matahari (sunlight). Cahaya ini diibaratkan seperti nadi kehidupan bagi bumi kerana hampir semua jenis kehidupan di bumi ini memerlukannya dan memanfaatkannya melalui proses fotosintesis.

Walaubagaimanapun matahari mempunyai jangka hayatnya. Seorang fisikawan Jerman, Hermann von Helmholtz, pada tahun 1825 mengamati perkembangan matahari yang ternyata diameter matahari setiap tahunnya menyusut 85 m. Kalau pengamatan Helmholtz benar, maka berdasarkan perhitungan penyusutan diameter matahari, umur matahari hanya akan bertahan untuk waktu 20.000.000 sampai dengan 25.000.000 tahun sejak matahari mengalami penyusutan.

Untuk kurun waktu itu, teori Helmholtz ini cukup memuaskan para ilmuwan, sebelum akhirnya digugurkan oleh teori reaksi thermonuklir yang masih bertahan sampai saat ini.
Sesetengah saintis meletakkan hayat matahari sebagai 10 bilion tahun. Selepas itu ia akan terkubur. Allah menjelaskan dalam surah at-Taqwir ayat 1,

إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ
Maksudnya: "Dan matahari semasa ia digulungkan."

Perkataan penting di sini ialah perkataan 'kuwwirat'. Sahabat Abdulullah bin Abbas mentafsirkannya sebagai 'zahabat' yang bermaksud 'pergi ' atau 'menghilang' manakala Imam Nasafi mentafsirkannya sebagai 'hilang cahayanya'. Ia menjelaskan apabila berlaku hari kiamat alam ini seolah-olah digulung. Ia juga menjelaskan matahari semasa berada di penghujung hayatnya akan kehilanagn cahayanya.

Badai Matahari
Sebenarnya kesatabilan matahari, seperti bintang-bintang yang lain, bergantung kepada tenaga yang mampu dihasilkan olehnya. Tenaga ini terhasil melalui proses nuklear yang melibatkan hidrogen bertukar menjadi helium di bahagian dalam matahari (core). Selepas berbilion tahun berlalu, proses ini akhirnya terhenti disebabkan matahari kehabisan hidrogen dan dengan itu ia menjadi tidak stabil. Keadaan ini menyebabkan bahagian (core) menguncup ( contracts) dengan menghasilkan suhu yang tinggi. Selepas masa berlalu, suhu di bahagian luar matahari menurun dan dengan itu pudarlah cahayanya. Keadaan ini selari dengan tafsiran Imam Nasafi berhubung perkataan kuwwirat dalam ayat Quran yang disebutkan. Akhirnya bahagian luar matahari ini bertukar menjadi gumpalan gas yang berbentuk asap dan terus terpisah daripada bahagian dalamnya. Maka lahirlah planetary nebula. Dengan itu, tamatlah riwayat hidup matahari.

Proses Penghapusan Bintang-bintang

Lihat gambaran  Al Quran mengenai bintang-bintang yang berjatuhan dan penghapusan bintang-bintang tersebut seperti-
Firman Allah SWT:

وَإِذَا النُّجُومُ انكَدَرَتْ

Maksudnya: "Dan apabila bintang-bintang berjatuhan." (Takwir :2)
 
Dan dalam surah lain Allah berfirman :

فَإِذَا النُّجُومُ طُمِسَتْ
"Dan apabila bintang-bintang itu dihapuskan." (Mursalat : 8)
 
Ilmu metafizik diketahui oleh manusia pada akhir kurun ke 20 untuk menegaskan bahawasanya fasa perjalanan bintang-bintang melewati fasa di mana bintang tersebut berjatuhan dan juga fasa di mana bintang tersebut mengalami fasa penghapusan.
Bintang merupakan benda-benda angkasa yang berpijar (menyala-nyala), bersinar,dan bercahaya denagn sendirinya dan salah satu penyebab yang membuatkan bintang tersebut bersinar ialah proses pemantikan reaksi penggabungan nuclear kerana panasnya inti bintang yang ada di dalam bintang tersebut. 

Apabila inti bintang berubah dengan sempurna menjadi besi, bintang melewati dua gumpalan proses  awal sebagaimana partikel pertama, yakni adakalanya ia akan meledak dan memancarkan cahaya. Bintang seperti ini dalam bahasa astronomi di sebut sebagai Supernova dan ada pula bintang yang berakumulasi dengan dirinya sendiri.


Apabila bintang tersebut berakumulasi terhadap dirinya maka bintang tersebut akan membentuk sebuah gumpalan yang keras dan padat sehingga menyebabkan cahaya yang terpancar tidak dapat lepas dari kungkungannya,akan tetapi sebelumnya bintang-bintang itu berjatuhan sehingga cahaya-cahaya bintang terpadam dan kemudian bintang itu menghilang dengan sempurna.

Firman Allah SWT: "Sungguh Aku bersumpah dengan bintang-bintang yang beredar dan tenggelam" (Takwir: 15-16)
 
Ayat ini membahas permasalahan yang sama seperti di atas.
Maha suci Allah !

Pembentukan Nebula

Apa yang menakjubkan di sini adalah proses kehancuran bintang sehingga bertukar menjadi bentuk bunga ros ini dinyatakan oleh Quran. Dalam surah ar-Rahman ayat 37, 
 
فَإِذَا انشَقَّتِ السَّمَاء فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَان 
Maksudnya:"Maka apabila langit terbelah dan menjadi merah mawar seperti kilapan minyak, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ingin dustakan?"
Ayat ini menceritakan mengenai langit yang sedang melalui proses kehancuran dan pada masa itu berubah menjadi merah seumpama bunga ros yang menyinar. 


Salah satu contohnya adalah apa yang dikirimkan oleh teleskop ruang angkasa-Habel kepada kita berupa gambar-gambar sejumlah bintang ketika sedang terpecah pada tanggal 31 Oktober 1999 M.Biro Penerbangan dan Ruang Angkasa Nasional Amerika (NASA) menyiarkan sejumlah gambar yang ditayangkan oleh teleskop ruang angkasa tentang bintang yang mengalami fasa pemecahan.
 
Sekelompok bintang yang membentuk seperti kabut bercahaya yang sering disebut dengan nama mawar kemerahan yang mengkagumkan, inilah ibarat Al Quran yang sangat terperinci dan mengkagumkan. 

Komet Dan Blazar

Kejadian bintang di angkasa raya sememangnya menakjubkan. Salah satu jenis bintang yang wujud adalah 'bintang yang cahayanya menembus'. Dalam surah at-Thaariq ayat 1 -3 menyatakan:

وَالسَّمَاء وَالطَّارِقِ
Maksud: Demi langit dan "At-Taariq"

وَمَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ
Maksud: Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia "At-Taariq" itu? 

النَّجْمُ الثَّاقِبُ
Maksud: (At-Taariq) ialah bintang yang menembusi (sinaran cahayanya).

Dalam ayat ini, an-najmu bermaksud bintang dan at-thaaqif bermaksud menembusi. Imam Nasafi mentafsirkan perkataan thaaqif sebagai 'yang bercahaya'. Justeru, an-najmu at-thaaqif juga dapat diertikan sebagai bintang bercahaya yang menembusi langit.
Said Hawa pula mengatakan an-najmu at-thaaqif dikaitkan dengan komet yang melintasi ruang udara bumi. Seperti yang dimaklumi, komet adalah objek yang wujud dalam sistem solar yang mengelilingi matahari. Ia berasal daripada asap nebula yang dikenali sebagai Oort cloud dan mempunyai tiga bahagia iaitu nukleus, koma dan ekor.
Komet Hyakutake yang muncul pada tahun 1996
Pada hari ini pakar-pakar sains menemui satu lagi objek bercahaya seperti bintang yang bergerak menembusi angkasa raya. Kelajuannya menghampiri kelajuan cahaya dan ia bergerak menembusi ruang angkasa dan kadangkala menghala tepat ke dunia. Para saintis menamakannya sebagai blazar.
Blazar
Sciences News di bawah tajuk Powerhouse Astronomy: Blazing Black Hole From the Early Universe melaporkan satu penemuan mengenai blazar pada tanggal 3 Julai 2004. Al-Quran telah membuktikan terlebih dahulu kejadian-kejadian ini, maka ayatNya yang manakah yang ingin kamu dustakan lagi?

Black Holes Dan Kejadian Bintang-bintang

Dalam surah Al-Waqi'ah ayat 75-76 Allah berkata,

فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ
Maksudnya: "Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang (orbit)."

وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ
Maksudnya:"Dan sebenarnya sumpah itu adalah sumpah yang besar, kalau kamu mengetahuinya."

Mawaaqi'un Nujuum mengandungi dua perkataan iaitu mawaaqi' dan nujuum. Mawaaqi' berasal daripada perkataan waqa'a yang bermaksud fall down, drop, to tumble , dalam bahasa Melayunya bermaksud jatuh, tersungkur atau merundum. Nujuum pula bermaksud bintang-bintang. Justeru Mawaaqi'n nujuum diertikan sebagai tempat jatuh merundumnya bintang-bintang. Adakah ayat ini berkaitan dengan black holes atau lubang hitam? 
Black holes terhasil apabila bintang-bintang yang besar meledak dan meletup di angkasa raya. Memandangkan sesetengah bintang adalah 10 hingga 15 kali ganda lebih esar daripada matahari, maka letupan ini sememangnya dahsyat. Ia adalah tarikh mati bagi bintang-bintang ini. Ledakan yang dahsyat ini dikenali sebagai supernova. Saki-baki peninggalan (remnants) daripada bintang yang meledak ini akan jatuh ke satu garis pusat sehingga melahirkan satu kawasan yang mempunyai tarikan graviti yang tinggi. Apa sahaja yang memasuki kawasan ini termasuk cahaya tidak dapat keluar daripadanya. Saintis menamakannya sebagai black holes. Bintang-bintang jatuh merundum dan hancur di dalamnya. Hal ini dilaporkan oleh NASA di imagine.gsfc.nasa.gov.

Kejadian Siang Malam

إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثاً وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ 

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,lalu Dia bersemayam di atas arsy, Dia menutupkan malam pada siang yang mengikutinya dengan cepat..."(Al-a'raf: 54)

Ini ialah ayat yang mengisahkan tentang proses penutupan malam pada siang dan siang pada malam merupakan sebuah simbolik yang indah. Hal tersebut mengandungi kisah proses putaran bumi pada paksinya dihadapan matahari. Ini adalah kerana apabila bumi tidak berputar pada paksinya dihadapan matahari, maka tidak akan ada proses penggantian siang dan malam sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan kita sampai waktu ini.

Orbit -Tempat Peredaran Bintang2

Dalam surah Al-Waqi'ah ayat 75-76 Allah berkata,

فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ
Maksudnya: "Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang (orbit)."

وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ
Maksudnya:"Dan sebenarnya sumpah itu adalah sumpah yang besar, kalau kamu mengetahuinya."

Bintang-bintang merupakan salah satu ciptaan Allah yg maha indah dalam alam semesta ini. Keindahannya tergambarkan laksana gumpalan gas yg terbakar, bersinar dan menyala dgn zatnya sendiri. Bintang selalu menyalakan sinarnya selama berjuta juta tahun tanpa mati sekalipun di sebabkan oleh proses reaksi oleh nuklear yg terkenal dgn sebutan proses sublimasi nuklear.
Kenapa Allah bersumpah dgn tempat-tempat beredarnya bintang (orbit) tetapi bukan bersumpah dgn bintang itu sendiri? sebab orang-orang arab jahiliah pada zaman Nabi Muhammad mengenal sumpah dgn tempat beredarnya bintang-bintang ,mereka mengatakan tempat beredarnya bintang-bintang itu adalah suatu yg maha agung, maka layak baginya untuk bersumpah dgnnya, kerana jauhnya tempat beredarnya bintang tersebut dari kita. Sekarang kita menemui kedalaman yg lebih dari maksud sumpah tersebut. Sesungguhnya memang benar tempat beredarnya bintang-bintang iaitu orbit adalah suatu ciptaan Tuhan yg sangat mengkagumkan bagi manusia, jarak yg terbentang antara manusia dgn matahari sekitar 150 juta km. 
Di dalam Al-Quran telah menceritakan tentang orbit, di mana tempat bintang-bintang beredar.  Maka, AyatNya yang mana satu yang ingin kamu dustakan?

Kejadian Bintang-bintang Sebagai Petunjuk

Seperti yang disebutkan dalam surah Fussilat ayat 11 yang bermaksud, "Kemudian Dia menuju ke langit dan langit pada masa itu berbentuk asap lalu dia berkata kepadanya dan bumi, 'Datanglah kamu berdua dengan tunduk atau terpaksa'.Kedua-duanya menjawab, 'Kami datang dengan tunduk'. "

Sains membuktikan gumpalan asap ini mengandungi gas-gas hidrogen dan helium. Selepas berlalu masa jutaan tahun (selepas Big Bang), gas-gas ini menajdi semakin padat sehingga akhirnya melahirkan bintang-bintang dan galaksi. Hal ini disebutkan di dalam The Vindication of the Big Bang: Breakthroughs and Bariers (Parker Barry R.,Plennum Press, New York,1993).

Bintang-bintang adalah objek besar di kosmos dan jumlahnya begitu besar sekali. Di galaksi Bimaksakti sahaja jumlahnya adalah antara 200 - 400 bilion.CNN.com bertarikh Julai 2003 melaporkan jumlahbintang di langit melebihi 70 sextilion (7 diikuti dengan 22 kosong). Jumlah ini bermaksud, sekiranya dihitung pasir-pasir di semua pantai dan gurun di dunia, jumlah bintang di langit adalah 10 kali ganda daripada jumlah itu.

Di dalam al-Quran terdapat lebih kurang 13 tempat yang menceritakan mengenai bintang-bintang. Perkataan yang digunakan oleh Quran adalah najmu (satu bintang) dan nujuum (banyak bintang). Sebagai contoh dalam surah al-A'raaf ayat 54, Allah menyatakan, "Dan (Allah mencipta) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintahNya." Antara faedah yang manusia peroleh daripada bintang-bintang adalah ia menjadi petunjuk jalan (sama ada arah Utara Selatan Timur dan Barat) terutamanya bagi para pengembara.
وَعَلامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُون
Maksudnya: "Dan Ia ciptakan tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk (arah yang hendak dituju)." (Surah an-Nahl ayat 16)

Pengembangan Alam Semesta

Sejak alam ini wujud melalui ledakan Big Bang, ia terus mengembang hinggalah ke hari ini. Berhubung dengan fenomena ini, dalam surah Az-zariyat ayat 47 Allah menjelaskan :
وَالسَّمَاء بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ

Maksudnya:"Dan langit kami bangun dengan kekuasaan kami dan sesungguhnya kami benar-benar meluaskannya."

Dalam ayat ini menggunakan ayat muusi'uun. Dalam bahasa arab perkataan muusi'uun berasal daripada perkataan wasa-'a. Hans Wehr A Dictionary of Modern Written Arabic oleh J Milton Cowan menterjemahkan perkataan wasa-'a sebagai to be wide, roomy, spacious, extensive yang bermaksud 'menjadi besar' atau luas. Justeru Imam Ibn Kathir dalam Tafsir al-Quran al-azim menyatakan ayat ini bermaksud, "Kami (Allah) meluaskan segenap penjuru langit dan kami meninggikannya tanpa tiang."

Pendapat ini diperkukuhkan lagi oleh As-Seikh Said Hawa di dalam Al-Asas fi al-Tafsir. beliau berkata, "Maksud ayat ini adalah langit ini Allah akan jadikan dalam keadaan mengembang secara berterusan ataupun Allah jadikan ia luas. Ayat ini adalah ayat mukjizat berhubung kejadian alam. Ia menunjukkan ilmu al-Quran jauh ke hadapan, melampaui tempat dan zaman. Justeru, sekiranya ada sesiapa yang masih enggan beramal denagn Quran kerana sombong denagn sains yang dimilikinya, baik sekiranya dia menilai semula dirinya sebelum terlambat."
WMAP has produced a new, more detailed picture of the infant universe. Colors indicate "warmer" (red) and "cooler" (blue) spots. The white bars show the "polarization" direction of the oldest light. This new information helps to pinpoint when the first stars formed and provides new clues about events that transpired in the first trillionth of a second of the universe.
CREDIT: NASA/WMAP
Pada hari ini dengan bantuan alat yang canggih, penemuan-penemuan semasa semakin memantapkan lagi teori pengembangan alam ini. Pada tanggal 16 Mac 2006, di bawah tajuk, Astronomers Detect First Split-Second of the Universe,Space.com melaporkan pakar-pakar astronomi NASA menemui bukti-bukti baru yang mengukuhkan lagi teori Big Bang. Mereka mendapati pada peringkat awal, kejadian kosmos alam ini adalah lebih kecil daripada atom. Kemudian pada masa satu per setrilion saat ia mengembang sehingga menjadi kosmos yang luas. PEnemuan ini melaporkan berdasarkandata yang disalurkan oleh satelit NASA yang dilancarkan pada tahun 2001. Satelit ini dikenali sebagai Wilkinson Microwave Anisotropy Probe atau WMAP. Ini mengukuhkan teori alam mengembang sekali gus menampakkan kebenaran al-Quran.

Kejadian Langit Dan Bumi Daripada Asap

Alam semesta tidak terus wujud dalam bentuk yang kita lihat pada hari ini. Sebaliknya ia melalui beberapa proses tertentu. Antara proses itu adalah kelahiran gas-gas hidrogen dan helium yang kemudiannya bercantum sehingga menjadi gumpalan asap raksaksa. Dalam surah Fussilat ayat 11 Allah menyatakan :
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ 

Maksudnya: "Kemudian Dia menuju ke langit dan langit pada masa itu berbentuk asap lalu Dia berkata kepadanya dan bumi, 'Datanglah kamu berdua dengan tunduk atau terpaksa'. Keduanya menjawab, 'Kami datang dengan tunduk'."

Di sini Allah menyatakan langit dan bumi diperingkat awal dahulu kosong daripada sebarang objek di langit. Yang wujud hanyalah asap. Daripada asap ini lahirlah bintang-bintang serta galaksi disusuli dengan kelahiran sistem suria dan bumi. Perkataan Dukahn yang di maksudkan di sini ialah asap,dalam bahasa inggerisnya ialah smoke. Penggunaan kalimat asap atau smoke ini selari dengan penemuan semasa kerana asap lahir dari satu suasana yang panas dan suasana di peringkata wal kejadian alam sememangnya panas.


Astronomers Report Hubble Find, Report Reveals Light from Oldest Galaxy

Semasa menceritakan mengenai asap ini, para saintis mengaitkannya dengan gas-gas (terutamanya hidrogen dan helium) yang wujud seperti awan tebal di peringkat awal dahulu. Para saintis menyifatkan asap daripada gas ini sebagai dark clouds, cloud of gas, fog of neutral hydrogen and helium, hot mass of gas dan yang seumpamanya. Ia bermaksud, gas-gas di peringkat awal kejadian langit dan bumi wujud seperti bentuk awan-awan hitam, awan-awan daripada gas, awan-awan gas daripada hidrogen dan helium, gas bersuhu tinggi dan yang seumpamanya.

Kejadian langit dan bumi daripada asap menyentuh berkenaan kejadian objek-objek daripada asap. Oleh sebab bumi adalah satu objek, maka langit yang di nyatakan Allah juga merupakan objek-objek seperti bintang, galaksi dan seumpamanya. kesemua objek ini lahir daripada asap.

Antara saintis yang kagum dengan kenyataan Quran ini adalah profesor Yoshihide Kozai daripada Universiti Tokyo, Jepun. Beliau adalah pengarah National Astronomical Observatory di Mikata, Tokyo, Jepun. Beliau ditunjukkan ayat-ayat Quran yang menceritakan berkenaan kejadian langit dan bumi. Selepas mengkaji ayat-ayat itu, beliau merasakan seolah-olah ayat itu diceritakan oleh seorang yang melihat kejadian alam ini di peringkat tertinggi. Kuasa yang menceritakan kejadian ini mampu melihat kesemua apa yang berlaku. Berhubung dengan kejadian langit dan bumi daripada asap, beliau berpendapat penemuan-penemuan semasa menunjukkan fenomena-fenomena ini benar-benar berlaku. Alam sebelum ini memang wujud dalam bentuk gumpalan asap. Daropada asap itulah lahirnya bintang-bintang dan kelahiran itu menjadi batu asas kepada kelahiran alam ini.

Akhirnya beliau berkata, "Saya kagum dengan fakta-fakta astronomi yang terdapat di dalam Quran. Dengan membaca Quran dan menjawab persoalan-persoalan  yang timbul, saya rasa saya akan menemui cara untuk mengkaji alam semesta pada masa akan datang." Hal ini dilaporkan di dalam A Brief Understanding Islam, Darus Salam Publications,edisi kedua, Mei 1990.

Quran & Teori Kejadian Alam (The Big Bang Theory)

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ 
Maksudnya: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS Al-Anbiya' : 30)

Ayat ini menjelaskan mengenai dua perkara penting. Pertama, mengenai asal-usul kejadian langit dan bumi yang pada asalnya bercantum padu sebelum dipisahkan antara kedua-duanya. Kedua, dijelaskan mengenai hakikat kehidupan air adalah asas bagi segala kehidupan.

Terdapat dua perkataan dala ayat ini, Ratqa dan Fataq. Ratqa berasal dari perkataan arab rataqa yang bermaksud sew up, ditampal dan dijahit. Ia melambangkan sesuatu yang terhimpun, melekat dan menguncup. Fataq pula berasal daripada bahasa arab fataqa yang bermaksud unsew, tear apart iaitu dibuka atau dibelah. Ini melambangkan sesuatu yang terbuka dan terungkai.

Berhubung dengan ayat ini, Imam Said bin Jubair berkata, "Langit dan bumi sebelum ini melekat antara satu sama lain. Apabila langit ditinggikan dan dengan itu zahirlah bumi maka berlakulah pemisahan dan itulah yang dijelaskan oleh Allah dalm ayat ini."

Kebenaran ayat Allah ini dibuktikan melalui Teori Big Bang, teori yang menjadi pegangan umum oleh para saintis mengenai permulaan alam semesta pada hari ini. Berdasarkan laporan yang terdapat dalam laman web NASA, dalam segmen Big Bang Cosmology, kejadian alam bermula 12 hingga 14 bilion tahun dahulu. Alam pada masa itu hanya berukuran beberapa meter sahaja. Sejak dari tarikh itu, ia sudah mengembang sehingga menjadi seperti yang dilihat pada hari ini.


Mengikut teori Big Bang, alam ini pada asalnya bercantum padu kemudian berlaku suatu letupan yang kuat,sekitar 12 hingga 14 bilion tahun dahulu. Kemudian berlaku pengembangan dan penyejukan, akhirnya lahir bintang-bintang, palnet-planet, galaksi dan yang seumpamanya.

Pada tahun 1929, seorang tokoh astronomi dari Amerika, Edwin Hubble, menemui bukti-bukti kukuh yang menyokong teori Big Bang. Dengan menggunakan peralatan canggih, beliau mendapati alam ini sedang mengembang. Penemuan ini mengukuhkan lagi pendapat yang menyatakan alam ini bercantum pada asalnya diikuti dengan letupan besar, ekoran dari letupan itulah yang menyebabkan pengembangan ini.

Justeru, kenyataan Al-Quran berhubung teori permulaan alam sememangnya saintifik. Antara pakar yang kagum dengan ayat ini adalah Dr. Alfred Kroner.seorang proffesor dalam bidang sains geologi. Berhubung dengan ayat ini, beliau berkata:" Melihat asal-usul Muhammad, saya rasa hampir mustahil untuk beliau mengetahui langit dan bumi mempunyai asal-usul yang sama. Hal ini kerana ilmu mengenainya baru diketahui beberapa tahun baru-baru ini, itupun dengan menggunakan alat-alat yang canggih. Seseorang yang tidak mengetahui ilmu fizik nuklear 1400 tahun dahulu saya rasa,tidak akan mampun mengetahui tentang hal ini."

Akhirnya beliau berkata, "Apabila kita menghimpunkan kesemua kenyataan Quran berkaitan dengan bumi dna kejadiannya, dan bila kita kaitkannya dengan sains, maka kita akan menyatakan kenyataan (Al-Quran) secara dasarnya adalah benar. Hal ini dapat dibuktikan dengan kaedah pendekatan saintifik."

Sumber: Quran Saintifik, Meneroka kecemerlangan Quran Daripada Teropong Sains,  Dr. Danial Zainal Abidin